Ciptakan Sekolah Ramah Anak, Mendikdasmen Serukan Kolaborasi Cegah Bullying

1 month ago 23
Ciptakan Sekolah Ramah Anak, Mendikdasmen Serukan Kolaborasi Cegah BullyingMenteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, (Dok: Sinta Kabar Makassar).

KabarMakassar.com — Pemerintah terus berupaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan ramah bagi siswa, menyusul sorotan publik terhadap sejumlah kasus bullying di lingkungan sekolah.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, menegaskan pentingnya sinergi seluruh elemen masyarakat dalam menciptakan ruang tumbuh yang bebas kekerasan bagi anak-anak.

“Ini memang masalah yang harus kita selesaikan bersama-sama. Tapi menurut saya, kasus bullying tidak bisa disebut marak dalam arti meningkat secara signifikan. Kami bekerja keras setengah tahun ini untuk mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, dan ramah,” ujar Abdul Mu’ti saat diwawancarai di sela-sela pembukaan Munas VI JSIT di Makassar, di Hotel Claro Makassar, Jumat (25/07).

Ia menekankan bahwa prinsip utama dalam pelaksanaan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun ajaran 2025 adalah menciptakan suasana yang mendidik, saling menghormati, dan jauh dari praktik kekerasan fisik maupun verbal.

“Kami memiliki prinsip MPLS yang ramah. Sekolah harus menjadi rumah bagi anak-anak, tempat mereka diterima dan dihormati. Ini bukan sekadar formalitas, tetapi pendekatan yang harus dijaga dan diawasi oleh semua pihak,” tegasnya.

Menanggapi kasus viral perundungan siswa di SMPN Doko, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menyebabkan Polres memeriksa 20 saksi terkait kasus dugaan pengeroyokan siswa SMP saat MPLS itu. Abdul Mu’ti mengklarifikasi bahwa peristiwa tersebut terjadi di luar lingkungan sekolah. Meski begitu, Kementerian tetap menindaklanjuti laporan tersebut dengan serius.

“Yang di Jawa Timur itu sudah kami tindak lanjuti. Memang peristiwanya terjadi di luar sekolah, tapi ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa perlindungan anak adalah tanggung jawab bersama. Tidak bisa hanya dibebankan kepada sekolah,” katanya.

Abdul Mu’ti menegaskan bahwa untuk menghapus kekerasan terhadap anak, pendekatan yang dilakukan tidak cukup hanya di lingkungan sekolah. Ia menyebut pentingnya empat pusat pendidikan yakni sekolah, keluarga, masyarakat, dan media berjalan beriringan dalam membentuk karakter peserta didik.

“Kalau sekolahnya ramah tapi keluarganya keras, atau masyarakat permisif terhadap kekerasan, itu juga bermasalah. Bahkan media pun punya tanggung jawab moral dalam membentuk iklim sosial yang sehat bagi anak-anak,” jelasnya.

Ia berharap media juga menjadi bagian dari ekosistem pendidikan karakter. Dengan informasi yang mendidik dan pemberitaan yang berimbang, media dapat berperan besar dalam menanamkan nilai-nilai toleransi dan empati pada generasi muda.

“Kita ingin sekolah, rumah, masyarakat, bahkan media menjadi tempat di mana anak-anak merasa tenang, nyaman, karena bebas dari kekerasan,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news