Edukasi Publik Bertema 'Cegah dan Laporkan Kekerasan Seksual', (Dok: Ist).KabarMakassar.com — Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Makassar terus memperkuat komitmennya dalam upaya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan seksual.
Melalui kegiatan edukasi publik bertema ‘Cegah dan Laporkan Kekerasan Seksual’, yang digelar di Kantor Kecamatan Mariso, Senin (03/11).
DP3A mengajak masyarakat agar berani bersuara dan tidak lagi diam menghadapi kekerasan seksual di lingkungan sekitar.
Kegiatan ini diinisiasi oleh Bidang Perlindungan Anak DP3A Makassar dan dihadiri oleh Shelter Warga, mitra Ojek Online (Ojol), serta para Juru Parkir, yang selama ini menjadi bagian dari komunitas masyarakat perkotaan. Mereka dianggap sebagai kelompok strategis dalam membangun kewaspadaan sosial terhadap potensi kekerasan seksual di ruang publik.
Kepala Bidang Perlindungan Anak DP3A Makassar, Isnaniah Nurdin, menegaskan bahwa diam berarti memberi ruang bagi pelaku untuk terus melakukan aksinya. Ia mengimbau masyarakat untuk tidak takut melapor ketika melihat atau mengalami kekerasan seksual.
“Ayo laporkan! Jangan ada tembok untuk melaporkan jika terjadi pelecehan atau kekerasan seksual. Kalau kita diam, itu justru menjadi amunisi bagi pelaku untuk terus melakukan tindakan bejatnya,” tegas Isnaniah, yang akrab disapa Innang.
Menurutnya, keberanian untuk melapor menjadi langkah awal dalam memutus rantai kekerasan. Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Makassar telah menyediakan berbagai jalur pengaduan yang mudah diakses oleh masyarakat.
“Korban atau saksi bisa langsung melapor ke UPTD PPA Kota Makassar di Jalan Nikel, ke Puspaga, atau melalui akun media sosial resmi DP3A Makassar di Instagram. Semua laporan akan ditindaklanjuti dan didampingi oleh tenaga profesional,” jelasnya.
Selain membuka akses pelaporan, DP3A juga memastikan bahwa setiap korban kekerasan seksual akan mendapatkan pendampingan psikologis dan pemulihan trauma, agar mereka bisa kembali bangkit tanpa rasa takut dan stigma sosial.
“Kami tidak hanya fokus pada efek jera bagi pelaku, tetapi juga pada pemulihan korban. Mereka harus merasa aman dan didukung oleh lingkungan sekitarnya,” tambah Isnaniah.
Berdasarkan data internal lembaga, sebagian besar korban masih memilih diam karena takut stigma, tekanan keluarga, atau rasa malu. Oleh karena itu, edukasi dan kampanye keberanian melapor menjadi fokus utama program perlindungan anak dan perempuan di tahun 2025.
“Kami ingin masyarakat menjadi bagian dari solusi. Jangan biarkan korban menanggung sendiri beban ini. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menjadi korban kekerasan seksual, laporkan dan cari bantuan. Pemerintah akan hadir,” imbau Isnaniah.
DP3A Makassar menegaskan, isu kekerasan seksual bukan hanya persoalan moral, melainkan darurat sosial yang membutuhkan respons kolektif
Melalui kegiatan ini, DP3A Makassar berharap tercipta lingkungan yang lebih peduli, responsif, dan berani melawan kekerasan seksual. Langkah kecil seperti edukasi dan kampanye keberanian melapor di tingkat kecamatan diyakini mampu membangun kesadaran kolektif bahwa kekerasan seksual bukan lagi isu yang harus disembunyikan.
“Kami berkomitmen terus bergerak, memberikan edukasi, pendampingan, dan perlindungan. Tidak boleh ada korban yang merasa sendirian,” tutup Isnaniah.
Kegiatan edukasi ini turut menghadirkan dua narasumber, yakni psikolog Dinia Annisa Ludar, dan pendamping kasus UPTD PPPA, Abu Talib. Keduanya berbagi wawasan tentang dampak psikologis kekerasan seksual dan pentingnya peran masyarakat dalam mendeteksi serta mencegah kekerasan sejak dini.
Menurut Dinia Annisa Ludar, pencegahan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga komitmen sosial bersama. Setiap orang dapat berperan dengan cara sederhana, seperti memberikan dukungan moral kepada korban, tidak menyalahkan, dan membantu mereka melapor ke lembaga berwenang.
“Kekerasan seksual sering terjadi karena lingkungan diam dan korban takut bicara. Padahal dengan dukungan masyarakat, satu laporan saja bisa menyelamatkan banyak orang dari pelaku yang sama,” ujar Dinia.

















































