
KabarMakassar.com — Pemerintah Kota Makassar mulai melirik industri perfilman sebagai medium baru untuk mempromosikan budaya lokal dan mendorong sektor pariwisata.
Hal ini terungkap dalam audiensi antara Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, dengan Production House MAF World Pictures di Ruang Rapat Wakil Wali Kota, Selasa (19/08).
Pertemuan tersebut membahas rencana produksi film berjudul Pulang Kampung, sebuah drama komedi yang mengangkat cerita persahabatan anak rantau asal Makassar yang kembali ke kampung halaman. Dengan latar belakang karakter yang berbeda-beda, film ini dirancang bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai cerminan kearifan lokal, tradisi, dan kehangatan masyarakat Bugis-Makassar.
Menurut pihak MAF World Pictures, film ini akan melibatkan aktor-aktor lokal agar menghadirkan nuansa otentik. Sutradara Muhammad Alief Fajrian bersama produser Crystal Angelina dan Hasma Tahir menyampaikan bahwa kehadiran budaya Makassar akan ditampilkan secara natural, mulai dari bahasa, kuliner, hingga kehidupan sehari-hari masyarakat pesisir.
“Film ini ingin memperlihatkan bagaimana pulang kampung bukan sekadar kembali ke tanah kelahiran, tetapi juga merayakan identitas dan warisan budaya,” ujar Alief Fajrian.
Sementara itu Wakil Wali Kota Makassar, Aliyah Mustika Ilham, menyatakan dukungan penuh atas inisiatif ini. Ia menilai bahwa kolaborasi seni dan pemerintah dapat menjadi pintu baru memperkenalkan Makassar ke tingkat nasional bahkan internasional.
“Terima kasih atas silaturahmi dan penyampaian informasinya. Niat baik ini tentu kami apresiasi, dan ke depan bisa dikolaborasikan bersama Dinas Kebudayaan agar selaras dengan program yang ada. Pemerintah Kota mendukung dan mendorong proses pembuatan film ini,” kata Aliyah.
Bagi Aliyah Mustika Ilham, inisiatif Pulang Kampung sejalan dengan visi pemerintah menjadikan Makassar sebagai kota unggul dan berdaya saing melalui penguatan identitas budaya. Ia menekankan bahwa pemerintah siap menjembatani komunikasi antara pelaku film, dunia usaha, dan masyarakat agar ekosistem kreatif ini tumbuh berkelanjutan.
“Kalau film ini berhasil, bukan hanya nama Makassar yang harum, tetapi juga kebanggaan warga yang semakin kuat,” tutupnya.
Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Makassar, Syahruddin, yang turut hadir dalam pertemuan itu menambahkan, perfilman adalah sarana strategis untuk promosi budaya. Menurutnya, dokumentasi visual yang dikemas dalam bentuk film dapat menyentuh generasi muda yang selama ini lebih akrab dengan konten digital.
Sementara itu, Kabid Ekonomi Kreatif, Erwin Ramadamis Ohoirella, menyebut kolaborasi lintas sektor antara pelaku perfilman, pemerintah, dan pelaku pariwisata akan memberikan nilai tambah.
“Film ini berpotensi menjadi produk ekonomi kreatif yang tidak hanya berbicara soal seni, tetapi juga membuka peluang ekonomi, mulai dari tenaga kerja lokal hingga promosi destinasi wisata,” ucapnya.
Dinas Pariwisata Kota Makassar bahkan menyatakan kesiapan untuk mendukung film ini, terutama dalam penyediaan lokasi syuting yang ikonik serta fasilitasi promosi. Kepala Dinas Pariwisata menilai, jika dieksekusi dengan baik, Pulang Kampung dapat menjadi daya tarik wisata budaya.
“Bayangkan jika penonton film ini tertarik datang ke Makassar setelah melihat keindahan Pantai Losari, kearifan masyarakat pesisir, atau kuliner khas yang ditampilkan. Efeknya akan langsung ke sektor pariwisata,” katanya.
Dukungan pemerintah terhadap film lokal ini sejalan dengan tren global di mana film sering kali menjadi pintu gerbang bagi wisatawan untuk mengenal sebuah kota. Contohnya, film Eat Pray Love yang berhasil mendongkrak citra Bali, atau Crazy Rich Asians yang membuat Singapura semakin dikenal dunia.
Meski begitu, sejumlah tantangan masih perlu diantisipasi, seperti perizinan lokasi, keterbatasan fasilitas produksi lokal, hingga kepastian promosi pasca rilis film. Para sineas berharap pemerintah tak hanya hadir dalam tahap awal, tetapi juga konsisten mendukung hingga tahap distribusi.
Dengan rencana produksi Pulang Kampung, Makassar kini berada di jalur baru, menjadikan layar lebar sebagai panggung budaya, ekonomi, sekaligus pariwisata. Film ini diharapkan bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga undangan untuk datang dan merasakan langsung kehangatan Makassar.