KabarMakassar.com — Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32 tahun ini menjadi panggung refleksi mendalam bagi Pemerintah Kota Makassar.
Dalam apel yang digelar di halaman Kantor Balai Kota, Senin (30/06), Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin alias Appi, memimpin langsung upacara sekaligus membacakan amanat tertulis dari Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Kepala BKKBN, Dr. Wihaji.
Di hadapan jajaran ASN dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Munafri menekankan bahwa Hari Keluarga Nasional bukan sekadar agenda rutin tahunan, tetapi momen penting untuk kembali menguatkan kesadaran bersama bahwa bangsa yang besar berakar dari keluarga yang sehat, harmonis, dan produktif.
“Tema yang kita usung tahun ini adalah Dari Keluarga untuk Indonesia Maju. Ini bukan hanya slogan, tapi arah strategis pembangunan nasional yang harus dimulai dari rumah,” ujar Appi saat membacakan sambutan resmi Menteri Wihaji.
Appi menyampaikan bahwa dalam menyongsong cita-cita besar Indonesia Emas 2045, keluarga memegang peran paling strategis. Ia menyebut berbagai tantangan seperti perubahan iklim, krisis sosial, hingga disrupsi teknologi tidak cukup diatasi dengan kebijakan besar semata, tetapi harus dibarengi dengan ketahanan keluarga.
“Pembangunan keluarga adalah investasi jangka panjang. Tidak ada bangsa yang kuat jika keluarga-keluarganya rapuh. Maka dari itu, ketangguhan bangsa ini harus dimulai dari meja makan, ruang tamu, dan ruang belajar anak-anak kita,” ungkapnya.
Lebih jauh, Appi juga menyinggung pergeseran dinamika sosial akibat penggunaan teknologi digital yang masif. Menurutnya, fenomena ini menuntut kebijaksanaan baru dalam mengelola kehidupan keluarga di era gawai.
“Hari ini, kita harus waspada. Handphone sudah seperti anggota keluarga baru. Tapi jangan sampai teknologi yang justru mengatur kita. Kita yang harus mengatur teknologi agar tidak menggantikan sentuhan antar anggota keluarga,” tegas Appi.
Ia kemudian menyoroti pentingnya pendidikan keluarga yang holistik. Pendidikan, kata dia, tidak hanya soal bangku sekolah, tetapi juga keterampilan hidup, etika, dan literasi sosial yang mesti dibentuk sejak dini di rumah.
Tak hanya pendidikan, aspek kesehatan keluarga juga menjadi sorotan. Dalam pidatonya, Munafri menekankan urgensi pencegahan stunting sebagai isu nasional yang belum terselesaikan tuntas.
“Masa 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah jendela emas bagi tumbuh kembang anak. Kita tidak boleh abai. Gizi seimbang, imunisasi, dan edukasi orang tua harus terus diperkuat,” imbuhnya.
Ia menyebutkan bahwa Pemkot Makassar akan terus bersinergi dengan BKKBN dan sektor kesehatan dalam memastikan layanan dasar keluarga, terutama bagi kelompok rentan, terpenuhi secara adil dan merata.
Isu lain yang dibawa dalam peringatan Harganas tahun ini adalah penguatan ekonomi keluarga. Munafri menggarisbawahi pentingnya fondasi ekonomi dalam menentukan stabilitas rumah tangga.
“Kita ingin keluarga Makassar tidak hanya sehat dan cerdas, tapi juga mandiri secara ekonomi. Lansia pun harus tetap aktif, produktif, dan tidak dikucilkan dari proses pembangunan,” katanya.
Sebagai bentuk konkret dari program nasional yang menyentuh keluarga secara langsung, Munafri memperkenalkan lima Quick Win program BKKBN yang dinilai sangat relevan untuk diterapkan di tingkat kota.
Ia menjelaskan, “GENTING adalah upaya gotong royong untuk mencegah stunting melalui gerakan orang tua asuh. TAMASYA menjawab kebutuhan penitipan anak terstandar di tengah keluarga pekerja. GATI mendorong peran ayah lebih aktif dalam pengasuhan. SIDAYA memfasilitasi para lansia agar tetap berdaya. Dan Super Apps Keluarga akan menjadi platform digital untuk semua layanan dan data keluarga.”
Appi menekankan bahwa program-program ini tidak akan berjalan maksimal tanpa kolaborasi antara pemerintah daerah, pusat, dan seluruh pemangku kepentingan di masyarakat.
“Keberhasilan pembangunan keluarga membutuhkan kerja sama multipihak. Bukan hanya program, tapi juga keberpihakan anggaran yang betul-betul prokeluarga,” jelasnya.
Menurutnya, Pemerintah Kota Makassar siap menjadi bagian dari gerakan nasional yang menjadikan keluarga sebagai pilar utama transformasi bangsa.
Ia mengajak semua pihak untuk menjadikan momentum Harganas sebagai titik balik kesadaran kolektif terhadap pentingnya peran keluarga.
“Jangan biarkan keluarga kita berjalan sendiri. Negara harus hadir, masyarakat harus peduli, dan semua unsur harus bergerak bersama. Karena membangun Indonesia tidak bisa dimulai dari gedung tinggi atau proyek besar, tapi harus dimulai dari ruang makan dan pelukan ibu,” pungkasnya.
Apel Harganas ke-32 ini berlangsung khidmat, diikuti jajaran pejabat Pemerintah Kota Makassar serta diwarnai semangat penguatan komitmen terhadap pembangunan keluarga sebagai kekuatan dasar menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan menjadikan keluarga sebagai episentrum kebijakan, Makassar berupaya membangun bukan hanya kota yang unggul dan modern, tetapi juga masyarakat yang berakar kuat, berdaya, dan siap menghadapi masa depan bersama-sama.