KIE KONEKSI Perdana Digelar di Makassar, Dorong Kemitraan Australia–Indonesia

3 weeks ago 10
KIE KONEKSI Perdana Digelar di Makassar, Dorong Kemitraan Australia–IndonesiaPelaksanaan Knowledge and Innovation Exchange (KIE) KONEKSI di Makassar (Dok: Nofi KabarMakassar)

KabarMakassar.com — Kota Makassar menjadi pilihan pertama dalam rangkaian seri Knowledge and Innovation Exchange (KIE) yang digagas oleh KONEKSI, yakni inisiatif kolaborasi di sektor pengetahuan dan inovasi yang mendukung kemitraan antara Australia dan Indonesia.

Bukan tanpa sebab, penyelenggaraan perdana di Makassar tersebut dinilai mewakili pusat pertumbuhan ekonomi serta Kawasan Indonesia Timur. Terlebih wilayah Makassar mempunyai tantangan sosial-ekologis yang beragam, mulai dari kerentanan atas perubahan iklim sampai dengan risiko bencana.

Diketahui, agenda KIE dihadiri oleh ratusan peserta yang berasal dari berbagai sektor. Turut hadir pada kesempatan tersebut Konsul Jenderal Australia di Makassar Todd Dias, Sekretaris Provinsi Sulawesi Selatan Jufri Rahman dan Plt Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Pungkas Bahjuri Ali.

Konsul Jenderal Australia di Makassar Todd Dias mengungkapkan rasa bangga atas pelaksanaan KIE di Makassar, terutamanya Australia sangat fokus terhadap Indonesia Timur.

“Tentu saja Makassar adalah hub untuk Indonesia Timur. Jadi harapan saya ke depan, kemitraan yang sudah dijalin melalui program KONEKSI ini bukan hanya antara peneliti-peneliti, tapi juga dengan masyarakat lokal, LSM, dan pihak lain agar bisa berkelanjutan,”ujarnya pada KIE KONEKSI yang diselenggarakan di Hotel Four Points pada Selasa (19/08).

“Karena sekarang mereka seharusnya membantu masyarakat lokal untuk mengatasi atau menghadapi semua tantangan, khususnya yang terkait dengan perubahan iklim,” tambahnya.

Semua kemitraan penelitian, kata Todd, seperti KONEKSI sangat penting untuk masa depan kemitraan Australia dan Indonesia. Ia juga menyoroti terkait hasil penelitian yang dapat ditindaklanjuti melalui ide, inovasi, teknologi maupun sistem.

“Dan yang paling penting, hasilnya bukan hanya dari Australia, tetapi benar-benar hasil dari kemitraan Australia dan Indonesia. Jadi ada kemungkinan bukan hanya diterapkan di Indonesia Timur, tetapi juga bisa bermanfaat di Australia,” ucapnya.

Sekretaris Provinsi Sulawesi Selatan Jufri Rahman menyampaikan bahwa pihak Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengharapkan akan ada hasil serta inovasi yang dilakukan oleh pemerintah agar dapat menjadi kebijakan di masa depan.

“Jadi, community based research seperti ini memang suatu keniscayaan sekarang, karena best practice yang dialami atau dilakukan oleh masyarakat sebagai penerima dampak dari perubahan iklim itu seharusnya ditularkan sehingga secara langsung memberi edukasi pada daerah-daerah yang mungkin memiliki kesamaan permasalahan yang dihadapinya,” paparnya.

Ia menyebut jika dampak perubahan iklim hampir tidak sama, namun memiliki pola yang serupa. Contohnya musim kering yang memanjang. Akibatnya, ketersediaan air bersih setiap tahun menjadi permasalahan.

“Itu mesti dimitigasi. Pokoknya kalau musim hujannya sedang tinggi, mestinya embung itu dibangun. Kemudian contoh lain, kita banyak tanah longsor terjadi. Jadi mitigasinya tentu saja kebijakan kita, semua daerah-daerah yang rawan dan sudah berpenghuni direlokasi,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk adaptasinya maka harus kembali melakukan replantation dan reboisasi di kawasan tersebut. Walau membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi itu jauh lebih baik dibanding tidak melakukan apapun sama sekali.

“Dan itu mesti terakomodasi dalam kerangka pekerjaan. Oleh sebab itu, RPJMD Kabupaten/Kota yang dievaluasi harus mencermati hal ini. Karena kita di Bappenas waktu evaluasi juga ditekankan hal ini harus masuk. Untuk sustainable development, kemudian pembangunan ekonomi hijau, ekonomi biru, itu kita jadikan acuan,” tuturnya.

Sementara itu, Plt Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Pungkas Bahjuri Ali menilai KIE KONEKSI merupakan program yang sangat baik, terkhususnya karena tidak terpaku pada satu daerah saja.

“Saya kira ini sangat bagus sekali ya. Ada 38 riset, dan yang bagus juga, ini berbeda karena melibatkan beberapa universitas dan lembaga yang melakukan penelitian bersama. Tempatnya juga tidak spesifik hanya di Indonesia Timur,” imbuhnya.

Pungkas mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan amat beragam. Ini juga menjadi hal yang baru karena penelitian tersebut mengakomodasi juga melihat langsung apa yang terjadi di lapangan. Sehingga tak sekadar menjadi rumus belaka namun dapat dicermati kenyataannya.

“Sebagian besar terkait dengan ketahanan masyarakat atau resilience masyarakat, bagaimana mereka menghadapi perubahan iklim. Dampak perubahan iklim ini sangat besar, terutama terhadap kelompok yang vulnerable, karena kapasitas mereka lebih kecil,” tandasnya.

Sebagai informasi, penyelenggaraan seri Knowledge and Innovation Exchange (KIE) merupakan tindak lanjut pengembangan 38 proyek kemitraan riset di bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim (ECC) yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.

Acara tersebut meliputi tiga rangkaian kegiatan, yaitu dua Roadshow di Makassar dan Surabaya, kemudian ditutup dengan kegiatan Summit di Jakarta. Selain itu, Roadshow Makassar KIE hari kedua akan berfokus pada pendalaman narasi yang paling komprehensif terkait isu Gender, Disabilitas, dan Inklusi Sosial (GEDSI).

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news