
KabarMakassar.com — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya Kota Makassar terus memperkuat komitmennya dalam mendukung pelestarian lingkungan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.
Salah satu langkah nyatanya adalah produksi cairan eco enzyme yang kini dimanfaatkan secara langsung untuk pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di lingkungan rumah sakit.
Inovasi ini menjadi bagian dari program berkelanjutan bertajuk Pesona Daeng (Pengelolaan Sampah Organik dan Anorganik serta Penghematan Energi), yang telah menjadi identitas RSUD Daya dalam mengintegrasikan prinsip green hospital ke dalam operasional kesehatannya.
Program ini tidak hanya menyasar efisiensi dan kelestarian lingkungan, tetapi juga mengedepankan pemberdayaan internal rumah sakit.
Plt. Direktur RSUD Daya, Nursaidah Sirajuddin, menjelaskan bahwa produksi eco enzyme merupakan tindak lanjut dari semangat RSUD Daya untuk menjadi rumah sakit yang tidak hanya unggul dalam pelayanan medis, tetapi juga peduli terhadap keberlanjutan lingkungan hidup.
“Kami berkomitmen untuk menjadi rumah sakit yang tidak hanya fokus pada pelayanan kesehatan, tetapi juga pada keberlanjutan lingkungan. Eco enzyme ini merupakan hasil karya pegawai kami sendiri, sebagai bagian dari inovasi Pesona Daeng yang kami luncurkan sejak tahun lalu,” ujar Nursaidah saat ditemui, Rabu (9/7).
Lebih lanjut, Nursaidah menegaskan bahwa kegiatan ini juga selaras dengan arah kebijakan Pemerintah Kota Makassar, khususnya dalam pengelolaan sampah berbasis partisipasi dan inovasi.
“Program ini tentu mendukung visi Pemerintah Kota Makassar yang terus mendorong pengelolaan sampah terpadu dan ramah lingkungan,” tambahnya.
Eco enzyme yang diproduksi RSUD Daya dibuat dari limbah organik, seperti kulit buah dan sayuran, yang difermentasi bersama air dan gula selama tiga bulan.
Hasil fermentasi ini menghasilkan cairan serbaguna yang mampu menyeimbangkan mikroorganisme dalam air limbah, menurunkan bau tak sedap, dan mempercepat proses penguraian zat organik di IPAL rumah sakit.
Program Pesona Daeng sendiri merupakan inovasi lintas sektor internal rumah sakit yang diprakarsai oleh Rima Kusumah Dewi, salah satu tenaga RSUD Daya yang juga meraih penghargaan Innovative Mayor Award (IMA) 2024.
Rima menyebutkan bahwa Pesona Daeng bukan hanya soal pengelolaan limbah, tetapi merupakan gerakan budaya lingkungan kerja yang menyeluruh.
“Pesona Daeng memiliki tujuh program utama yang kami sebut dengan Sapta Pesona. Ini mencakup penerapan sistem daring untuk mengurangi penggunaan kertas, re-using barang-barang yang masih bisa dipakai, mendorong konsumsi real food, peningkatan aktivitas fisik karyawan, penghijauan, daur ulang sampah, dan penghematan energi,” terang Rima.
Ia menambahkan, keterlibatan aktif seluruh pegawai dalam implementasi Pesona Daeng menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini berjalan konsisten.
Menurutnya, perubahan besar dalam sistem akan berhasil jika dimulai dari kebiasaan kecil di lingkungan kerja.
Selain pengelolaan IPAL, RSUD Daya juga mendorong pemanfaatan kembali barang-barang yang sebelumnya dianggap limbah.
Termasuk langkah digitalisasi proses administrasi untuk mengurangi timbulan sampah kertas, serta edukasi internal untuk mengubah pola konsumsi dan perilaku harian yang lebih berorientasi pada keberlanjutan.
Langkah progresif yang dilakukan RSUD Daya ini mendapat apresiasi dari banyak pihak karena dianggap sebagai contoh konkret penerapan prinsip green hospital di tingkat layanan kesehatan daerah.
“Perubahan iklim dan beban lingkungan perkotaan, inovasi seperti eco enzyme dan program Pesona Daeng dinilai mampu menjawab tantangan dengan pendekatan lokal berbasis pemberdayaan,” terangnya.
Dengan terus dikembangkan dan didukung berbagai pihak, RSUD Daya berharap model inovasi lingkungan ini bisa direplikasi oleh rumah sakit lain di Makassar maupun daerah lain di Indonesia.