
KabarMakassar.com — Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan mencatat bahwa pada Februari 2025, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih mendominasi angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulsel.
Pada Februari 2025, TPT lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih merupakan yang paling tinggi dibandingkan tamatan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 8,52%.
Kondisi ini menandakan bahwa lulusan SMK, yang justru dipersiapkan untuk langsung kerja, masih menghadapi tantangan besar dalam memasuki dunia kerja.
Rendahnya serapan tenaga kerja dari kalangan SMK menjadi perhatian serius Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Sulsel.
Kepala Disnakertrans Sulsel, Jayadi Nas, menjelaskan bahwa banyak lulusan baru, terutama dari jenjang SMK dan perguruan tinggi, belum berhasil memasuki pasar kerja karena lapangan kerja yang belum berkembang secara seimbang. Ini menjadi anomali yang perlu segera diatasi melalui intervensi terstruktur.
“Karena ini kan terjadi suatu anomali. Di satu sisi, angkatan kerja terus bertambah banyak anak-anak kita yang tamat SMA, banyak anak-anak kita yang tamat perguruan tinggi, tapi belum terbuka lapangan kerja,” ungkapnya, Selasa (08/07).
“Jadi di satu sisi terjadi angkatan kerja yang semakin berkembang terus, tapi di sisi lain tidak seiring dengan pengembangan terbukanya lapangan kerja sehingga pasti terjadi yang namanya pengangguran,” imbuh Jayadi.
Untuk menjembatani kebutuhan perusahaan dan pencari kerja, termasuk dari kalangan lulusan SMK, Disnakertrans rutin menggelar job fair. Salah satu kegiatan yang baru-baru ini dilakukan adalah bekerja sama dengan Universitas Hasanuddin (Unhas).
“Kami dorong terus sejumlah perusahaan untuk membuka lapangan kerja. Salah satu cara mempertemukan antara pemberi lapangan kerja dengan pencari lapangan kerja kami melakukan kerja sama dengan sejumlah lembaga, misalnya job fair yang baru-baru ini bekerja dengan Unhas,” tuturnya.
Jayadi mengaku terkesan dengan antusiasme masyarakat, khususnya generasi muda, dalam mengikuti bursa kerja tersebut. Dia melihat langsung bagaimana ratusan pencari kerja hadir untuk mendapatkan informasi dan peluang kerja yang tersedia.
“Kemarin saya memantau langsung, melihat langsung luar biasa masyarakat kita datang di situ untuk mencari pekerjaan,” katanya.
Menurut Jayadi, agenda ini menjadi momen strategis untuk mengurangi jumlah pengangguran yang terus bertambah.
“Jadi job fair yang kami lakukan itu adalah untuk mempertemukan antara perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan teman-teman kita yang membutuhkan pekerjaan,” ujar Jayadi.
Selain menggelar job fair, Disnakertrans juga terus menjalankan program pelatihan keterampilan. Bagi mereka yang sudah memiliki keahlian dasar, pelatihan ini juga berfungsi untuk meng-upgrade kemampuan agar lebih kompetitif di pasar kerja.