Marakka’ Bola, Warisan Budaya Bugis yang Masih Hidup di Kabupaten Barru

2 months ago 24
Marakka’ Bola, Warisan Budaya Bugis yang Masih Hidup di Kabupaten Barru Ilustrasi Marakka' Bola (Dok: Int).

KabarMakassar.com — Di Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan (Sulsel), terdapat sebuah tradisi unik yang juga sarat makna yang dikenal dengan Marakka’ Bola atau Mappalette’ Bola.

Tradisi tersebut merujuk pada proses memindahkan rumah panggung secara utuh, baik dengan cara didorong maupun diangkat bersama-sama oleh warga.

Ini merupakan salah satu wujud nyata dari semangat gotong royong masyarakat Bugis yang hingga saat ini masih dilestarikan.

Mayoritas masyarakat Barru, terutamanya di pedesaan, tinggal di rumah panggung yang terbuat dari kayu.

Rumah-rumah tersebut dirancang sedemikian rupa agar dapat dipindahkan ketika pemiliknya ingin menjual rumah tanpa menjual tanahnya, atau saat lokasi baru dianggap lebih strategis dan sesuai untuk ditinggali.

Bagi masyarakat Bugis, rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi simbol tanah kelahiran dan warisan leluhur yang harus dijaga.

Oleh sebab itu, ketika seseorang harus pindah, rumahnya tidak dibongkar melainkan diangkat dan dipindahkan secara utuh ke lokasi baru atau Marakka’ Bola.

Metode pemindahan rumah

Ada berbagai cara untuk memindahkan rumah ke lokasi yang baru, salah satunya dengan cara didorong.

Ketika jarak perpindahan cukup dekat, rumah akan dipindahkan dengan cara didorong perlahan ke arah yang diinginkan, bisa ke depan, belakang, atau ke samping.

Guna mempermudah proses ini, digunakan batang-batang kayu kuat, yang berfungsi sebagai roda, dengan teknik penggantian posisi batang secara bergantian di bagian bawah rumah.

Apabila rumah harus dipindahkan dalam jarak yang cukup jauh, maka masyarakat akan menggunakan metode diangkat.

Bambu-bambu panjang setinggi kurang lebih 1,7 meter dipasang pada bagian tiang-tiang rumah sebagai penopang serta pegangan.

Puluhan bahkan ratusan warga akan bersama-sama mengangkat rumah itu secara bergotong royong.

Ritual dan proses pelaksanaan

Sebelum proses pemindahan dimulai, maka seluruh barang pecah belah dan benda ringan dikeluarkan dari dalam rumah.

Barang-barang berat misalnya lemari atau tempat tidur yang sulit dikeluarkan biasanya tetap dibiarkan di dalam, dengan posisi dirapatkan ke tiang dan diikat agar tidak bergeser saat rumah diangkat.

Tradisi ini umumnya akan dilakukan pada hari Jumat, dengan alasan, hari Jumat dianggap membawa keberkahan, hari tersebut juga bertepatan dengan momen berkumpulnya warga di masjid untuk shalat Jumat, sehingga dapat lebih mudah mengundang partisipasi masyarakat.

Seorang tokoh adat nantinya akan memimpin doa untuk memohon kelancaran kegiatan kepada Sang Pencipta.

Kemudian dilanjutkan dengan seorang koordinator memberi aba-aba sebagai panduan gerakan bagi para warga yang mengangkat rumah.

Ini menggambarkan filosofi penting dalam kehidupan sosial Bugis, yakni kepemimpinan yang kuat dan komando yang jelas untuk menyatukan langkah bersama.

Simbol kebersamaan dan identitas budaya

Usai rumah tiba di lokasi tujuan, seluruh warga yang terlibat akan menikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh para perempuan di sekitar rumah.

Momen makan bersama tersebut menjadi penutup yang hangat dari proses Marakka’ Bola, memperkuat rasa kebersamaan serta kekeluargaan di tengah masyarakat.

Tradisi Marakka’ Bola bukan hanya menunjukkan kearifan lokal dalam aspek arsitektur dan sosial, akan tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur seperti solidaritas, kerja sama, dan persatuan.

Ini menjadi warisan budaya yang tak ternilai. Menjadi simbol hidupnya semangat gotong royong dalam masyarakat Bugis Barru, serta menjadi perekat kebhinekaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news