KabarMakassar.com — Berdasarkan Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Juni 2025, stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) dinilai tetap terjaga di tengah melemahnya perekonomian global dan peningkatan tensi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar menyampaikan, bahwa pihaknya secara konsisten meninjau dan melakukan evaluasi berkala terhadap dinamika geopolitik global yang berpotensi untuk memicu peningkatan volatilitas di pasar keuangan serta memengaruhi kinerja debitur di sektor riil yang memiliki eksposur terhadap risiko terkait.
“OJK juga meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk terus melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan sehingga diharapkan mampu mengambil langkah antisipatif untuk memitigasi potensi peningkatan risiko,” ucapnya, dalam konferensi pers hasil RDK OJK pada Selasa (08/07).
Dalam rangka memperkuat pengawasan terintegrasi di sektor jasa keuangan, Mahendra mengatakan bahwa OJK tengah memproses perizinan dalam menetapkan kelembagaan Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan (PIKK), sebagai implementasi dari POJK Nomor 30 Tahun 2024 tentang Konglomerasi Keuangan dan PIKK.
Selain itu, OJK juga sedang menyusun Rancangan POJK mengenai Penerapan Tata Kelola Terintegrasi bagi PIKK.
Pada sektor pasar modal, tercatat pasar saham domestik secara mtd melemah 3,46 persen di level 6.927,68, sedangkan secara ytd melemah 2,15 persen. Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.178 triliun atau turun 1,95 persen mtd (turun 1,28 persen ytd). Sementara itu, non-resident mencatatkan net sell secara mtd pada Juni 2025 sebesar Rp8,38 triliun (secara ytd, net sell sebesar Rp53,57 triliun).
Kinerja indeks sektoral mtd secara umum melemah dengan penurunan terbesar dialami oleh sektor industrial serta finansial, sedangkan penguatan terjadi di sektor transportasi dan logistik dan bahan baku.
Dari segi industri pengelolaan investasi, per 30 Juni 2025 nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,69 triliun (turun 0,19 persen mtd atau naik 0,87 persen ytd), dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat sebesar Rp510,15 triliun atau turun 0,31 persen mtd (ytd: naik 2,18 persen) dan tercatat net subscription sebesar Rp0,45 triliun secara mtd (ytd: net redemption Rp2,02 triliun).
Tren yang positif turut ditunjukkan dari penghimpunan dana di pasar modal, tercatat nilai Penawaran Umum mencapai Rp142,62 triliun dengan Rp8,49 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 16 emiten baru. Sementara itu, masih terdapat 13 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp9,80 triliun.
Sedangkan, untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 30 Juni 2025, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 852 Penerbitan Efek dari 525 penerbit, 182.643 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,60 triliun.
Perkembangan dalam sektor perbankan
OJK menyampaikan jika kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga, yaitu kredit tumbuh 8,43 persen yoy di Mei 2025 (April 2025: 8,88 persen) menjadi Rp7.997,63 triliun.
Dimana, berdasarkan jenis penggunaan, Kredit Investasi tumbuh tertinggi sebesar 13,74 persen, diikuti oleh Kredit Konsumsi 8,82 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 4,94 persen yoy.
Ditinjau dari kepemilikan, bank KCBLN tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 11,61 persen yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 11,92 persen, sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 2,17 persen, di tengah upaya perbankan yang berfokus pada pemulihan kualitas kredit UMKM.
Kualitas kredit juga tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,29 persen (April 2025: 2,24 persen) dan NPL net 0,85 persen (April 2025: 0,83 persen). Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,93 persen (April 2025: 9,92 persen). Rasio LaR tercatat stabil sepertidi level sebelum pandemi.
Sementara itu, ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,51 persen (April 2025: 25,41 persen), menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.
Pada sektor Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun, aset industri asuransi di Mei 2025 mencapai Rp1.163,62 triliun atau naik 3,84 persen yoy. Dari sisi asuransi komersial, total aset sebesar Rp939,75 triliun atau mencatat pertumbuhan 4,30 persen yoy.
Untuk perkembangan sektor Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML), piutang pembiayaan Perusahaan Pembiayaan (PP) tumbuh 2,83 persen yoy pada Mei 2025 (April 2025: 3,67 persen yoy) menjadi Rp504,58 triliun, didukung pembiayaan modal kerja yang tumbuh sebesar 10,34 persen yoy.
Profil risiko Perusahaan Pembiayaan (PP) terjaga dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross tercatat sebesar 2,57 persen (April 2025: 2,43 persen) dan NPF net 0,88 persen (April 2025: 0,82 persen). Gearing ratio PP tercatat sebesar 2,20 kali (April 2025: 2,23 kali) dan berada di bawah batas maksimum sebesar 10 kali. Pembiayaan modal ventura di Mei 2025 tumbuh sebesar 0,88 persen yoy (April 2025: 1,04 persen yoy), dengan nilai pembiayaan tercatat Rp16,35 triliun (April 2025: Rp16,49 triliun).
Untuk industri Pinjaman Daring (Pindar), outstanding pembiayaan di Mei 2025 tumbuh 27,93 persen yoy (April 2025: 29,01 persen yoy), dengan nominal sebesar Rp82,59 triliun. Tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) berada di posisi 3,19 persen (April 2025: 2,93 persen).
Pada pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh Perusahaan Pembiayaan pada Mei 2025 meningkat sebesar 54,26 persen yoy (April 2025: 47,11 persen yoy), atau menjadi Rp8,58 triliun dengan NPF gross sebesar 3,74 persen (April 2025: 3,78 persen).
Sementara pada perkembangan sektor Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), per Mei 2025, penyelenggara ITSK yang terdaftar di OJK telah berhasil menjalin 987 kemitraan dengan LJK dari berbagai sektor, seperti perbankan, perusahaan pembiayaan, perasuransian, perusahaan sekuritas, P2P lending, LKM, dan pergadaian, serta dengan penyedia jasa teknologi informasi dan penyedia sumber data.
Bagi penyelenggara ITSK dengan jenis Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK) berhasil menyelesaikan transaksi yang disetujui mitra senilai Rp2,14 triliun dengan jumlah pengguna PAJK sebanyak 928.396 user yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Disisi lain, jumlah permintaan data skor kredit (total hit) yang diterima oleh penyelenggara ITSK dengan jenis PKA mencapai 26,37 juta hit.
Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran layanan dari penyelenggara ITSK telah berkontribusi dalam peningkatan kegiatan dan pendalaman pasar di sektor jasa keuangan, serta meningkatkan inklusi pemanfaatan produk dan layanan pembiayaan jasa keuangan.
Dengan tetap terjaganya stabilitas sektor jasa keuangan di tengah dinamika global, OJK menilai jika kepercayaan konsumen serta pelaku pasar terhadap industri jasa keuangan nasional berada pada kondisi yang positif.
Hal tersebut tercermin dari berbagai indikator kinerja yang solid, ketahanan sistem keuangan, juga respons cepat dan terukur OJK dalam menjaga integritas serta keandalan pasar. Ke depan, OJK akan terus memperkuat pengawasan serta koordinasi guna memastikan sektor jasa keuangan tetap resilien dan mendukung laju pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.