
KabarMakassar.com — Sekelompok orang tak diketahui (OTK) membentangkan spanduk bertuliskan “Undangan Perang Terbuka, IPMIL Asu. Jangan Pulang Kampung” di Jembatan Layang (Flyover) Jalan Urip Sumoharjo, Kamis (24/07).
Selain spanduk undangan perang, sekelompok OTK tersebut juga melakukan penyisiran di lima kampus yang ada di Makassar, mulai dari Universitas Muslim Indonesia (UMI), Universitas Islam Makassar (UIM), Universitas Dipanegara, Universitas Negeri Makassar (UNM) hingga Universitas Muhammadiyah Makassar (UNISMUH).
Sambil mengenakan helm dan menutupi wajah dengan kain, sekelompok OTK tersebut memasuki kampus dan berteriak mencari mahasiswa asal Palopo atau kader IPMIL.
“We mana ko anak Palopo, we Palopo,” teriak salah satu orang saat memasuki Kampus Unismuh Makassar.
Belakangan diketahui, sekelompok OTK tersebut mengatasnamakan organisasi daerah (Organda) salah satu daerah di Sulsel.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PP IPMIL Luwu, Yandi mengatakan bahwa sekelompok orang tersebut mengaku membawa nama organisasi daerah, masuk secara arogan, menyisir lorong-lorong kampus, dan secara brutal mencari kader IPMIL.
Menurutnya, sekelompok orang tersebut masuk bukan untuk berdiskusi, tapi mengintimidasi. Mereka tidak membawa pikiran, tapi ancaman. Ditambah dengan spanduk bertuliskan “Undangan Perang Terbuka”, mereka bukan sedang menyampaikan aspirasi, mereka sedang mempermalukan akal sehat.
Yandi menegaskan IPMIL tak akan goyah. IPMIL tidak akan pernah tunduk di hadapan kebodohan yang berisik.
“Kami bukan gerombolan yang gentar hanya karena teriakan. IPMIL bukan nama yang bisa dihapus dengan spanduk ancaman. Organisasi ini dibangun dengan pikiran juga perjuangan, tidak dengan gertakan. Setiap kader kami tumbuh dari tanah Luwu yang mengajarkan keberanian, bukan ketakutan,” ungkapnya, Kamis (24/07)
Yandi menegaskan bahwa IPMIL tidak akan menanggapi perihal undangan perang terbuka yang dianggap sebagai provokasi dan pembiaran kekerasan.
“Kami lahir dari sejarah panjang intelektual, bukan dari kebiasaan brutal. Kalian datang menyerang, kami tetap berdiri kokoh. IPMIL tidak akan membalas dengan kekerasan, tapi jangan salah paham, sikap tenang kami bukan karena takut. Kami hanya terlalu bermartabat untuk membalas cara-cara rendahan,” tegasnya
Yandi menyayangkan apa yang terjadi hari ini bukan hanya soal IPMIL namun pembiaran kekerasan di lingkup akademik.
“Kampus yang seharusnya menjadi rumah gagasan kini dinodai oleh arogansi premanisme simbolik nan primitif. Dan jika kita diam hari ini, besok akan lebih banyak yang diserang. Besok akan lebih banyak spanduk ‘perang’ dikibarkan, menggantikan ruang dialog dan debat yang sehat,” sebutnya
Pihaknya menuntut kampus dan kepolisian untuk tidak menutup mata atas tindakan tersebut dan segera mengambil tindakan serta menangkap oknum yang melakukan penyisiran kader IPMIL di dalam kampus.
“Kami menuntut pihak kampus dan kepolisian untuk tidak lagi bermain mata dengan tindakan seperti ini. Pembiaran adalah pengkhianatan terhadap cita-cita pendidikan,” sebutnya
Pihaknya mendesak Kapolri untuk segera mencopot Kapolda Sulawesi Selatan dan Kapolrestabes Makassar sebab tak mampu menjaga kondusifitas Kota Makassar.
“Insiden penyisiran yang di lakukan oleh gerombolan di 5 titik kampus berbeda di Kota Makassar adalah bentuk kelalaian pihak keamanan tak becus menciptakan lingkungan yang harmoni dan aman.
Tak lupa, kami mendesak pihak kepolisian untuk segera menangkap seluruh pelaku yang tergabung dalam gerombolan primitif penyisiran di kampus kampus,” harapnya
Ia pun meminta seluruh kader IPMIL untuk tetap tenang dan jangan takut serta tetap waspada.
“Kepada seluruh kader di seluruh wilayah, kami serukan tetap tenang. Tapi jangan tunduk. Tetap waspada. Tapi jangan takut,” pungkasnya