
KabarMakassar.com — Sejumlah pedagang Pasar Terong menyuarakan keresahan mereka terkait rencana relokasi yang digulirkan Pemerintah Kota Makassar.
Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi B DPRD Makassar pada Selasa (08/07), para pedagang mengaku pada dasarnya siap dipindahkan, asalkan lokasi baru yang disediakan benar-benar layak, aman, dan menjanjikan secara ekonomi.
Kasmawati, salah satu pedagang yang mewakili rekan-rekannya, menyampaikan bahwa kondisi gedung lama Pasar Terong kini sangat memprihatinkan dan membahayakan jiwa. Ia menyebut, tahun lalu terjadi insiden kebakaran yang membuat banyak pedagang enggan kembali berjualan di dalam pasar. Selain karena trauma, bangunan yang lapuk dan saluran air yang bocor membuat aktivitas berdagang semakin tidak nyaman.
“Ini bukan soal kami tidak mau masuk pasar. Tapi gedungnya memang tidak memungkinkan. Tahun lalu sudah ada kebakaran. Tiga teman kami sampai tertimpa warung roboh. Kepala mereka bocor, dan tidak ada satu pun lembaga pemerintah yang turun tangan membiayai pengobatan,” ujar Kasmawati.
Menurutnya, ancaman itu tidak hanya soal kebakaran atau bangunan yang rentan ambruk. Genangan air saat hujan juga menjadi masalah serius. “Ada teman yang jualan sepatu di lantai atas, tapi kalau hujan deras seharian, airnya bisa menggenangi dagangan. Itu berbahaya dan sangat merugikan,” tambahnya.
Kasmawati menegaskan bahwa sebagian besar pedagang sebenarnya bersedia direlokasi, namun merasa dikhianati oleh pengalaman masa lalu. Ia menyinggung dua kali upaya pemindahan sebelumnya yang berujung pada kerugian besar, karena lokasi pengganti sepi pembeli.
“Kami pernah pindah dua kali. Di sana pasarnya bagus, bersih, tapi pembelinya tidak ada. Modal besar habis, kami terpaksa kembali lagi,” keluhnya.
Lebih dari 300 kepala keluarga menggantungkan hidup dari aktivitas berdagang di sepanjang Jalan Sawit, kawasan sekitar Pasar Terong. Bila dihitung rata-rata lima anggota per keluarga, maka sekitar 1.500 jiwa bergantung pada keberlangsungan pasar tersebut.
“Kalau kami dilarang jualan di Jalan Sawit, itu sama saja mematikan sumber hidup kami. Ekonomi sekarang sedang susah. Kami juga punya cicilan rumah, ada tanggungan, jadi jangan tiba-tiba dibongkar tanpa solusi,” ujar Kasmawati.
Para pedagang mengaku tidak menolak kebijakan pemerintah, tetapi mendesak agar relokasi tidak dilakukan secara sepihak. Mereka meminta jaminan bahwa tempat baru yang disediakan mampu menarik pembeli, tidak membahayakan, dan tidak memberatkan biaya operasional.
“Jangan cuma dipindahkan lalu ditinggal. Kami mau lokasi yang jelas keamanannya, air tidak bocor, tidak banjir, pembeli datang, dan kami tetap bisa menafkahi keluarga. Kalau itu disiapkan, kami pasti mau pindah,” ujar salah satu pedagang lainnya.
Beberapa pedagang juga menyoroti soal muatan sosial yang perlu diperhatikan pemerintah. Mayoritas dari mereka adalah pasangan suami istri yang sama-sama berdagang, dan menjadi tulang punggung keluarga. Kebijakan relokasi yang tergesa tanpa dialog akan berdampak besar pada ketahanan ekonomi rumah tangga mereka.
“Saya dan suami sama-sama jualan. Kalau tempat digusur, otomatis dua sumber penghasilan hilang. Tolong jangan lihat kami cuma sebagai pengganggu trotoar atau badan jalan. Kami ini warga Makassar juga, yang berhak hidup layak,” ucap seorang pedagang perempuan.
Menutup pertemuan tersebut, para pedagang berharap DPRD Kota Makassar bisa menjembatani aspirasi mereka kepada pemerintah kota. Mereka menuntut agar proses relokasi dilakukan melalui dialog terbuka, dengan melibatkan langsung pedagang sebagai pihak terdampak utama.
“Jangan jadikan kami korban dari proyek penataan kota yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Kami siap pindah, asal pemerintah hadir dengan solusi, bukan hanya larangan,” tegas Kasmawati.
Dengan tekanan ekonomi yang masih tinggi pasca pandemi dan daya beli masyarakat yang belum pulih, para pedagang Pasar Terong berharap rencana relokasi tidak menjadi awal dari kemunduran usaha mereka.
“Semoga kesempatan untuk menata pasar yang lebih manusiawi dan menguntungkan semua pihak,” Pungkasnya.