Perang India–Pakistan, Indonesia Waspadai Gejolak Minyak dan Gangguan Logistik

3 weeks ago 26
Perang India–Pakistan, Indonesia Waspadai Gejolak Minyak dan Gangguan Logistik Pengamat Ekonomi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (Uinam), Murtiadi Awaluddin (Dok : Ist).

KabarMakassar.com — Memanasnya konflik bersenjata antara India dan Pakistan diprediksi membawa konsekuensi serius terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.

Meskipun kedua negara bukan mitra dagang utama Indonesia, dampaknya tetap dirasakan melalui berbagai saluran ekonomi yang saling terkait.

Hal ini disampaikan oleh pengamat ekonomi Universitas Hasanuddin (UINAM), Murtiadi Awaluddin, yang menyoroti empat aspek utama yang kemungkinan besar terdampak akibat perang yang baru saja meletus antara dua negara Asia Selatan tersebut.

“Secara umum, perang India-Pakistan yang baru saja dimulai pasti akan berdampak terhadap Indonesia baik langsung maupun secara tidak langsung, terutama dalam sektor ekonomi,” kata Murtiadi, Jumat (09/05).

Ia menjelaskan bahwa salah satu dampak utama adalah pada aktivitas perdagangan internasional Indonesia.

Menurutnya, India selama ini merupakan pasar ekspor penting bagi Indonesia, terutama untuk komoditas unggulan seperti batubara, minyak sawit mentah (CPO), dan karet.

“Memang India dan Pakistan bukan mitra dagang utama, tapi India cukup signifikan dalam menyumbang devisa ekspor Indonesia. Jika perang berlarut, permintaan dari India bisa turun karena anggaran mereka akan bergeser ke sektor militer,” ungkapnya.

Lelaki yang juga merupakan Wakil Dekan II Fakultas Ekonomo dan Bisnis Islam Uinam itu juga menyebut, dampak berikutnya, akan terasa pada rantai pasok logistik regional.

Ia menilai bahwa meskipun Indonesia tidak memiliki ketergantungan logistik langsung terhadap Pakistan, namun situasi geopolitik di Asia Selatan bisa menyebabkan gangguan pelayaran dan distribusi barang, terutama jika pelabuhan atau jalur logistik terganggu.

“Gangguan ini bisa menimbulkan keterlambatan ekspor maupun impor, serta meningkatkan biaya logistik Indonesia. Ini bukan persoalan kecil, karena rantai pasok global sangat terhubung satu sama lain,” tuturnya.

Murtiadi juga menyinggung potensi dampak tidak langsung melalui gejolak harga minyak dunia. Konflik bersenjata antarnegara sering kali menimbulkan kepanikan pasar energi global, yang menyebabkan harga minyak mentah naik. Sebagai negara yang masih bergantung pada impor minyak, Indonesia berisiko mengalami tekanan fiskal yang lebih besar.

“Kenaikan harga minyak bisa memperbesar beban subsidi energi nasional. Selain itu, neraca perdagangan bisa tertekan karena harga impor jadi lebih mahal,” jelas Murtiadi.

Ia menambahkan bahwa emas biasanya mengalami kenaikan harga saat terjadi ketegangan global, karena dianggap sebagai aset aman (safe haven).

Di satu sisi, kenaikan harga emas bisa menjadi peluang bagi ekspor Indonesia, tetapi di sisi lain juga dapat menyebabkan pengetatan likuiditas di pasar keuangan.

“Ketika investor global lari ke emas atau dolar AS, maka arus modal keluar dari negara berkembang seperti Indonesia bisa meningkat. Ini akan mendorong depresiasi nilai tukar rupiah dan bisa memicu tekanan inflasi,” katanya.

Murtiadi menyimpulkan bahwa dalam situasi global yang penuh ketidakpastian ini, stabilitas ekonomi Indonesia akan sangat tergantung pada kemampuan pemerintah menjaga keseimbangan sektor energi, perdagangan, dan keuangan.

“Yang paling penting sekarang adalah memastikan respons kebijakan fiskal dan moneter tetap terkoordinasi agar gejolak global tidak terlalu dalam menekan ekonomi domestik,” pungkasnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news