KabarMakassar.com — Masyarakat Tionghoa di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Imlek pada Rabu, 29 Januari 2025. Di Makassar, perayaan ini selalu berlangsung meriah dan penuh warna.
Perayaan Imlek di ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan ini sudah berlangsung lama. Sejak kedatangan masyarakat Tionghoa di kota ini ratusan tahun yang lalu, Hari Raya Imlek menjadi salah satu tradisi yang terjaga.
Yerri Irawan, dalam bukunya ‘Sejarah Masyarakat Tionghoa Makassar,’ merekam jejak keberadaan masyarakat Tionghoa di Makassar. Buku ini mengumpulkan hasil penelitian tentang kehidupan masyarakat Tionghoa mulai dari masa VOC, abad ke-19, hingga awal kemerdekaan Indonesia.
Seperti apa sejarah kedatangan masyarakat Tionghoa di Makassar? Berikut rangkuman dari buku tersebut:
1. Kapan Orang Tionghoa Datang ke Makassar
Makassar atau Mangkasar, yang tercatat dalam sumber Tionghoa dengan transkripsi Meng-jia-shi, sudah dikenal dalam monografi kota Kanton pada masa Dinasti Yuan (1297-1301). Nama Makassar tercantum dalam daftar barang yang dibawa oleh kapal-kapal asing. Meskipun demikian, catatan tersebut tidak mencantumkan kehadiran orang Tionghoa di Sulawesi Selatan pada masa itu.
Di pedalaman Sulawesi Selatan, ditemukan keramik-keramik Tionghoa yang berasal dari Dinasti Song. Meskipun demikian, keberadaan keramik ini belum cukup untuk membuktikan kedatangan orang Tionghoa sebelum abad ke-16.
Keramik-keramik tersebut kemungkinan besar dibawa oleh pedagang asing yang melewati Makassar dalam perjalanan menuju Maluku atau melalui jalur perdagangan dengan Filipina.
2. Sanggalea Panggilan untuk Orang Tionghoa
Penduduk Sulawesi Selatan mengenal orang Tionghoa dengan sebutan Sanggalea, yang konon berasal dari kata Sangley yang digunakan di Filipina sejak abad ke-16. Meskipun asal-usul kata ini tidak begitu jelas, sebuah naskah dari abad ke-16 mencatat penggunaan nama “Sangley” yang merujuk pada orang Tionghoa, dengan arti “sering datang”. Sebutan ini juga terkait dengan sejenis tembakau impor dari Fujian yang dikenal dengan nama Tambako Sanggaleya.
3. Pedagang Tionghoa Pertama yang Datang dari Fujian
Menurut Soehongjie dalam artikelnya yang dimuat di Pemberita Makassar pada 15 Agustus 1932, pedagang Tionghoa pertama yang datang ke Makassar berasal dari Provinsi Fujian. Pada masa itu, Pelabuhan Makassar belum ramai dan belum banyak pedagang dari Eropa. Pedagang Tionghoa datang dengan kapal yang disebut oewangkang, yang hanya beroperasi sekali setahun, membawa sekitar 200 penumpang dari suku Hokkian. Namun, saat kapal kembali ke Tiongkok, sebagian besar penumpang tidak ikut pulang.
4. Orang Tionghoa Menjual Arak di Era Kerajaan Gowa-Tallo
Pada 16 Juli 1615, George Cockayne, yang saat itu memimpin loji Inggris di Makassar, mengirimkan surat kepada Sir John Smith, Gubernur East India Company. Cockayne melaporkan bahwa dia membeli beras dari seorang pedagang Tionghoa di Makassar yang memiliki penyulingan arak. Mengingat mayoritas penduduk Makassar pada waktu itu sudah beragama Islam, produksi arak tersebut mungkin lebih ditujukan untuk konsumen Eropa dan Tionghoa.
5. Perkampungan Tionghoa di Makassar
Peta tertua Kota Makassar, yang kini tersimpan di Perpustakaan Nasional Austria, berasal dari atlas rahasia VOC sekitar tahun 1670 dan menunjukkan gambaran Makassar pada sekitar tahun 1638. Namun, pada peta ini, tidak ditemukan gambaran perkampungan Melayu atau Tionghoa. Perkampungan Tionghoa baru tercatat sejak ibu kota Makassar dipindahkan ke Somba Opu.
Dalam Syair Perang Makassar, tercatat bahwa pada tahun 1667, saat Belanda menyerang Makassar, mereka menembakkan meriam ke arah penyerang dari Kampung Tjina.
Perayaan Imlek 2025 di Makassar
Vihara Girinaga, vihara tertua dan terbesar di Makassar, menggelar perayaan Tahun Baru Imlek 2576 pada 2025.
Berlokasi di Jalan Gunung Salahutu, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, vihara ini telah melakukan berbagai persiapan untuk memeriahkan acara tersebut.
“Persiapan sudah dimulai dengan pembersihan vihara dan dekorasi khas Imlek, seperti lentera merah,” kata Ketua Vihara Girinaga, Roy Ruslim, Minggu (26/1/25).
Vihara ini akan menggelar dua acara besar di Kota Makassar untuk merayakan Imlek 2025. Roy menjelaskan bahwa salah satu acara yang ditunggu adalah arak-arakan dewa yang akan diadakan pada 2 Februari 2025. Arak-arakan ini melibatkan 12 klenteng dari Makassar, Parepare, dan Takalar, serta perwakilan dari Jakarta. Diperkirakan, sekitar 6.000 peserta akan turut serta dalam prosesi yang penuh kemeriahan ini.
Selain itu, acara pesta rakyat juga akan digelar pada 12 Februari 2025 di sepanjang Jalan Sulawesi, kawasan Pecinan Kota Makassar.
Roy menjelaskan bahwa pesta rakyat ini akan melibatkan 175 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang akan menjual berbagai produk di sekitar lokasi acara.
“Sepanjang Jalan Sulawesi, kami akan mendirikan beberapa panggung hiburan. Panggung utama akan menampilkan bintang tamu dari ibu kota dan menjadi tempat pengundian kupon doorprize bagi peserta,” ungkap Roy.
Untuk memastikan kenyamanan pengunjung, panitia akan membangun beberapa panggung agar keramaian dapat terbagi. Roy memperkirakan pesta rakyat Imlek tahun ini akan dihadiri oleh belasan ribu warga, tidak hanya dari kalangan Tionghoa.
Selain menikmati hiburan seperti penampilan band, barongsai, dan kesenian Tionghoa lainnya, pengunjung juga akan dimanjakan dengan berbagai kuliner dari UMKM yang terlibat.
Dengan berbagai persiapan dan acara yang telah direncanakan, perayaan Imlek di Makassar diharapkan akan menjadi momen yang penuh kebersamaan dan kegembiraan bagi seluruh masyarakat.