
KabarMakassar.com — Upaya percepatan pembangunan ekonomi hijau atau green economy terus digalakkan di Sulawesi Selatan (Sulsel).
Hal tersebut kembali ditegaskan oleh Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman pada Jumat (09/05).
“Kita harus menggalakkan sekarang ekonomi hijau, kita sudah siapkan anggaran untuk kajian terkait 100 tahun perencanaan kedepan,” ujarnya.
Dengan metode one hundred years return, perencanaan akan berpacu dengan melihat fenomena yang terjadi seratus tahun kemarin untuk merencanakan 100 tahun ke depan.
Menggunakan cara tersebut maka pengelolaan bantuan kepada masyarakat untuk penanaman akan lebih mudah dan efektif.
“Dengan begitu kita akan tahu dibantu bibit dimana, cocoknya apa, kalau digunung-gunung ketinggian, sesuaikan bantuan-bantuannya,” tukasnya.
Andi Sudirman, mengungkapkan telah membahas dengan sejumlah Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terkait pola pembinaan carbon trade.
“Jadi kalau misalkan ada petani yang lahannya di ketinggian mereka usahanya selama ini misalnya jangka pendek dan berpotensi menyumbang kontribusi pada perubahan iklim maka kita minta perusahaan untuk membayar perpohon,” terangnya.
“Carbon trade misalnya mungkin seribu per pohon atau 10 ribu, tergantung jumlah luasan sehingga dia dibayar untuk memelihara pohon itu,” sambungnya.
Ia menilai, dengan cara tersebut, dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap lingkungan.
“Inilah perencanaan kita mau. Dan beberapa karena mereka punya jaminan reklamasi termasuk penanaman pohon dan dibanding tanam-tanam pohon tidak ada yang pelihara lebih baik dipelihara oleh masyarakat,” tuturnya.
Gubernur Sulsel menyebut, jika terdapat sumbangan pohon, maka lebih baik sumbangan pohon tersebut dapat diarahkan ke penduduk atau petani.
“Kalau dia sumbang 9 juta pohon, lebih baik 9 juta pohon itu lari ke penduduk atau petani kasih benih bibitnya tahun depannya sisa dipelihara,” imbuhnya.
Nantinya, aturan akan dibuat untuk melindungi hasil penanaman tersebut. Tidak hanya itu, tanah kosong di perkotaan juga bakal dimanfaatkan untuk penghijauan.
Sebelumnya, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pembangunan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Inyo menjabarkan terkait tahapan yang telah dilakukan untuk mempercepat pembangunan ekonomi hijau di Sulsel.
“Jadi langkah konkritnya itu, pertama kita sudah melibatkan teman-teman dari ICRAF baik di penyusunan RPJP maupun penyusunan dokumen ekonomi hijau ini. Jadi selain ekonomi hijau terkait dengan lingkungan kita juga menjaga keberlanjutan,” tukas Inyo, Kamis (27/02) di Four Points Hotel by Sheraton pada proyek kegiatan riset aksi Sustainable Landscape for Climate Resilient Livelihoods (Land4Lives).
“Kemarin kita sudah menyelesaikan namanya roadmap pembangunan ekonomi biru. ekonomi biru itu berbicara masalah perairan, kalau ekonomi hijau itu lebih berbicara masalah daratan,” sambungnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan, bahwa dalam menjalankan perkembangan ekonomi, lingkungan menjadi salah satu prioritas yang tidak boleh untuk dirusak.
Oleh sebab itu, dalam pertumbuhan ekonomi akan mengedepankan struktur sosial agar tetap terjaga serta ekonomi makin membaik.
“Implementasinya masuk di renstra perangkat daerah, jadi misalnya di pertanian, bagaimana nanti implementasi terkait dengan pendekatan teknologi berbasis ekonomi hijau dalam hal ini keberlanjutan, karena mau tidak mau kita harus memakai teknologi ramah lingkungan,” bebernya.
Penerapan teknologi tidak ramah lingkungan bisa membuat ekonomi tumbuh dengan cepat, akan tetapi hal itu menandakan keberlanjutan tidak bisa dicapai.
“Termasuk juga investasi, investasi kedepannya itu kita ingin investasi yang memang investasi pada ekonomi hijau, makanya kita harap investasi yang inklusif,” tutur Inyo.