
KabarMakassar.com — Tim Reserse Mobil (Resmob) Polres Takalar bersama Unit Buru Sergap Polsek Galesong Utara berhasil menangkap dua pelaku pembusuran yang mengakibatkan seorang pelajar berusia 14 tahun terluka.
Kedua pelaku, Arfah (18) dan Suardi (20), warga Dusun Beba, Desa Tamasaju, Kecamatan Galesong Utara, ditangkap saat bersembunyi di rumah keluarganya di Dusun Taipanaorang, Desa Maccini Sombala, sekitar pukul 17.30 WITA, Senin (05/05).
Kapolsek Galesong Utara, Iptu Agus Gama, membenarkan penangkapan tersebut.
“Keduanya sudah kami amankan dan saat ini tengah menjalani pemeriksaan oleh penyidik,” ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya masih mendalami motif penyerangan serta menelusuri asal-usul anak panah yang digunakan, apakah dibeli atau dirakit sendiri oleh pelaku.
Sebelumnya diberitakan, teror busur kembali terjadi di Kabupaten Takalar. Kali ini menimpa Muh. Muhlis (14), seorang pelajar asal Desa Mandalle, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa.
Ia menjadi korban pembusuran oleh sekelompok pemuda saat bermain bersama teman-temannya di depan sebuah masjid di Desa Maccini Sombala, Kecamatan Galesong Utara, Kabupaten Takalar, pada Sabtu (03/05) sekitar pukul 17.30 WITA.
Busur tajam menancap di lengan kiri Muhlis, memaksanya dilarikan ke RS Bhayangkara Makassar untuk menjalani operasi. Meski nyawanya selamat, namun luka fisik dan trauma yang mendalam jelas membekas.
“Anak saya izin keluar sebentar untuk top up. Tak lama, warga datang membawanya pulang dengan anak panah masih menancap di lengannya,” ujar Idrus Dg Liong (48), ayah korban.
Idrus mengungkapkan bahwa saat kejadian, Muhlis sedang duduk santai bersama tiga temannya. Tiba-tiba tiga orang tak dikenal mendekat, dan langsung menyerang. Dua pelaku memegangi tubuh Muhlis, sementara satu orang lainnya menusuk lengan korban dengan anak panah.
“Anak saya tidak punya masalah dengan siapa pun. Kenapa dia harus jadi korban seperti ini?” kata Idrus dengan nada kecewa.
Setelah kejadian, warga segera membawa korban pulang. Namun karena luka cukup parah, keluarga terpaksa membawanya ke rumah sakit. Sayangnya, proses penanganan medis sempat terkendala masalah teknis karena hari libur dan status tanggungan BPJS.
“Pihak rumah sakit bilang kasus seperti ini tidak ditanggung BPJS. Saya terpaksa minta anak saya dirawat sebagai pasien umum agar bisa segera dioperasi. Meskipun saya harus berfikir keras dimana mencari uang untuk mengantisipasi biaya operasi anak saya. Ini soal nyawa dan masa depan anak saya,” lanjutnya.
Yang lebih memilukan, Muhlis seharusnya mengikuti ujian penting pada Senin mendatang. Kini ia hanya bisa terbaring lemah dengan luka dan trauma yang mendalam.