Sering Konsumsi Makanan Olahan? Ini Efek Negatif Pengawet bagi Kesehatan Tubuh

22 hours ago 4

KabarMakassar.com — Saat ini, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjalani pola hidup sehat semakin meningkat dari waktu ke waktu. Salah satu langkah yang acap kali dilakukan untuk mendukung gaya hidup tersebut yakni dengan membatasi, bahkan menghindari konsumsi makanan olahan yang mengandung bahan pengawet.

Kekhawatiran terhadap dampak buruk bahan pengawet terhadap kesehatan menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. Dalam industri makanan, penggunaan bahan pengawet merupakan hal yang umumnya dilakukan oleh para produsen. Tujuannya agar dapat memperpanjang masa simpan produk makanan, sehingga tidak mudah basi atau rusak.

Bahan pengawet yang digunakan oleh produsen makanan biasanya terbagi ke dalam dua kategori, yakni bahan pengawet alami dan bahan pengawet buatan.

Apabila bahan pengawet alami sering dianggap lebih aman oleh sebagian besar orang, maka penggunaan bahan pengawet buatan masih menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran terkait potensi risikonya bagi kesehatan tubuh dalam jangka panjang.

Aturan BPOM terkait penggunaan bahan pengawet

Dilansir dari Klikdokter yang merupakan mitra resmi Kementerian Kesehatan, penggunaan bahan pengawet dalam produk makanan memang diperbolehkan, terkhususnya jika tujuannya untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang dapat merusak makanan juga membahayakan kesehatan.

Tetapi, penggunaan tersebut harus berada dalam pengawasan ketat serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah memberikan izin resmi untuk penggunaan bahan pengawet, asalkan penggunaannya dilakukan dengan dosis yang tepat serta tidak melebihi ambang batas yang diperbolehkan.

Peraturan Kepala BPOM Nomor 36 Tahun 2013 secara jelas mengatur mengenai jenis-jenis bahan pengawet yang dapat digunakan dalam produk pangan tertentu.

Dalam peraturan itu juga dijelaskan secara rinci mengenai batas maksimum penggunaan masing-masing jenis pengawet agar tidak membahayakan konsumen.

Penetapan batas maksimum ini bukan tanpa dasar, melainkan sudah melalui proses kajian ilmiah yang mendalam, salah satunya melalui analisis risiko.

Analisis risiko tersebut dilakukan untuk memperkirakan seberapa besar kemungkinan paparan maksimum suatu bahan pengawet terhadap manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, kajian ini juga mempertimbangkan dosis terendah yang tidak menunjukkan dampak negatif terhadap tubuh manusia, yang dalam istilah ilmiah disebut sebagai no-observed-effect-level atau NOEL.

Berdasarkan Perka BPOM tersebut, terdapat sejumlah jenis bahan pengawet yang dinyatakan legal dan dinilai aman saat digunakan dalam kadar yang telah ditentukan.

Beberapa contohnya yaitu asam sorbat beserta garamnya, asam benzoat dan garamnya, etil para-hidroksibenzoat, metil para-hidroksibenzoat, serta berbagai jenis zat lain seperti sulfit, nisin, nitrit, nitrat, asam propionat dan garamnya, dan juga lisozim hidroklorida.

Walau semua bahan tersebut telah dinyatakan aman dalam kadar tertentu, konsumsinya tetap harus dibatasi secara wajar.

Oleh sebab itu, produsen makanan wajib memastikan bahwa penggunaan bahan pengawet selalu sesuai dengan standar dosis yang direkomendasikan demi menjaga kesehatan konsumen.

Dampak dari mengonsumsi makanan berpengawet bagi kesehatan diantara yaitu:

1. Gangguan pernafasan

Mengonsumsi makanan yang mengandung bahan pengawet dalam jumlah berlebihan bisa menimbulkan berbagai dampak negatif bagi kesehatan, salah satunya adalah gangguan pada sistem pernapasan.

Hal ini menjadi perhatian khusus bagi penderita asma, karena bahan pengawet tertentu yang dikonsumsi secara berlebihan atau tidak sesuai anjuran dapat memicu kambuhnya gejala asma.

Reaksi tubuh terhadap zat pengawet dapat beragam, dan pada sebagian orang, terutama yang memiliki kondisi pernapasan sensitif, paparan zat tersebut dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.

Selain itu, beberapa jenis bahan pengawet juga diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi.

Hal tersebut dapat terjadi karena reaksi kimia tertentu yang ditimbulkan oleh zat pengawet dalam tubuh, yang pada akhirnya dapat melemahkan daya tahan tubuh atau menyebabkan iritasi pada jaringan tertentu.

2. Tingkatkan risiko kanker

Beberapa jenis bahan pengawet, khususnya yang bersifat sintetis atau buatan, mempunyai potensi untuk mengalami perubahan kimia di dalam tubuh.

Perubahan ini dapat menyebabkan terbentuknya senyawa berbahaya yang dikenal sebagai zat karsinogen, yaitu senyawa yang bisa memicu pertumbuhan sel kanker.

Dengan kata lain, ketika bahan pengawet buatan dikonsumsi secara terus-menerus atau dalam jumlah yang berlebihan, terdapat kemungkinan senyawa tersebut berkontribusi dalam meningkatkan risiko seseorang mengembangkan penyakit kanker.

Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam memilih makanan yang dikonsumsi dan selalu memperhatikan kandungan bahan tambahannya, termasuk pengawet.

3. Gangguan jantung

Penggunaan bahan pengawet dalam makanan ternyata tidak hanya berdampak pada sistem pencernaan atau pernapasan, namun juga dapat memengaruhi kesehatan jantung.

Beberapa jenis bahan pengawet diketahui bisa mengganggu kinerja jaringan di sekitar jantung, yang pada akhirnya berpotensi melemahkan fungsi organ vital tersebut.

Gangguan tersebut bisa terjadi karena bahan kimia tertentu dalam pengawet dapat menyebabkan peradangan atau kerusakan sel, yang berdampak negatif pada kekuatan dan elastisitas jaringan jantung.

Selain itu, terdapat pula jenis bahan pengawet yang memiliki efek merugikan terhadap sistem peredaran darah.

Bahan tersebut bisa memicu pengerasan dan penyempitan arteri, yaitu pembuluh darah yang berperan penting dalam mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Jika kondisi ini dibiarkan, maka risiko seseorang mengalami penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung, akan meningkat secara signifikan.

4. Gangguan pencernaan

Karena makanan berpengawet masuk langsung ke dalam tubuh melalui proses konsumsi, maka dampak negatifnya bisa dirasakan secara langsung oleh sistem pencernaan.

Sistem pencernaan adalah bagian tubuh yang pertama kali bersentuhan dengan zat-zat kimia yang terkandung dalam makanan, termasuk bahan pengawet.

Salah satu keluhan yang biasanya terjadi akibat konsumsi bahan pengawet adalah diare. Kondisi ini mampu menyebabkan frekuensi buang air besar meningkat dan tinja menjadi cair.

Jika berlangsung terus-menerus, diare bisa mengakibatkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah besar, yang berisiko menyebabkan dehidrasi.

Kehilangan cairan yang signifikan ini juga dapat memengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh, sehingga fungsi tubuh lainnya pun ikut terganggu.

Oleh sebab itu, penting untuk mewaspadai efek samping bahan pengawet terhadap sistem pencernaan.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news