Kabarmakassar.com — Setelah puluhan tahun hidup dalam keterbatasan air bersih, warga Lorong 4, Jalan Monumen Emmy Saelan, Kecamatan Tamalate, akhirnya bisa bernapas lega.
Pemerintah Kota Makassar melalui Perumda Air Minum (PDAM) mulai merealisasikan program sambungan air bersih gratis untuk warga berpenghasilan rendah.
Bagi Mantasiah Dg Kebo (54), salah satu warga setempat, program ini adalah kabar bahagia yang telah lama dinantikan. Selama lebih dari tiga dekade menetap di lorong tersebut, ia dan keluarganya harus bergantung pada sumur bor yang kerap keruh, terutama saat musim kemarau datang.
“Air bersih itu dulu seperti barang mewah di lorong kami,” kenang Mantasiah, Rabu (02/07).
“Hanya lima rumah yang terhubung ke jaringan PDAM. Kalau butuh air bersih untuk masak, kami harus minta ke tetangga. Itu pun kalau mereka tidak sedang irit-irit,” ujarnya.
Wajahnya tampak sumringah saat menceritakan perubahan besar yang kini terjadi. Ia menunjuk ke sambungan pipa baru yang terpasang di depan rumahnya.
“Alhamdulillah, kami tidak perlu lagi khawatir soal air keruh,” katanya, penuh syukur.
Selama bertahun-tahun, kehidupan warga lorong ini dipenuhi dengan strategi bertahan. Sumur bor menjadi sumber utama, meski kualitas airnya tidak selalu bisa diandalkan. Saat kemarau, air berubah keruh dan berbau.
“Kalau musim panas datang, air seperti lumpur. Anak-anak kalau mandi bisa gatal-gatal. Tapi mau bagaimana lagi? Hanya itu yang kami punya,” tutur Mantasiah.
Ia juga menceritakan bagaimana solidaritas antarwarga menjadi tumpuan dalam masa-masa sulit itu.
“Kalau ada satu rumah yang punya sambungan PDAM, dia biasanya bantu tetangga. Bawa ember, antri, kadang pagi-pagi sudah tunggu supaya dapat giliran,” katanya mengenang.
Kini, dengan adanya sambungan resmi dari PDAM, Mantasiah merasa kehidupannya jauh lebih tenang. Ia tidak lagi harus menghemat air untuk kebutuhan dasar seperti memasak atau mencuci.
“Ini bukan cuma soal kenyamanan, tapi soal martabat. Dulu kami rasanya seperti ditinggalkan, sekarang kami merasa diperhatikan,” ujarnya.
Program sambungan air bersih gratis ini merupakan salah satu upaya Pemerintah Kota Makassar untuk memperluas akses layanan dasar bagi masyarakat kurang mampu.
PDAM menargetkan ribuan sambungan akan dipasang secara bertahap di kawasan-kawasan padat penduduk yang belum terjangkau jaringan utama.
Selain memberi manfaat langsung bagi kesehatan dan kebersihan, program ini juga diharapkan meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi ketimpangan layanan publik di wilayah perkotaan.
Bagi Mantasiah dan warga sekitar Jalan Monumen Emmy Saelan, air bersih yang kini mengalir dari kran bukan sekadar fasilitas melainkan simbol dari hadirnya negara di lorong-lorong kecil yang selama ini luput dari perhatian.
“Terima kasih pak Wali (Munafri Arifuddin) dan PDAM (Plt Dirut PDAM Hamzah),” pungkasnya.
Sebelumnya, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyebut program ini sebagai wujud kepedulian pemerintah kota dan PDAM terhadap hak dasar masyarakat atas air bersih.
“Di periode pertama ini akan menyambung 600 sambungan sampai 2.000 sambungan tahun ini. Lalu kita akan melihat lagi supaya kebutuhan terhadap air bersih ini bisa jalan di tengah masyarakat,” kata Munafri saat ditemui usai peluncuran program ini di Jalan Monumen Emmy Saelan, Kelurahan Tidung, Kecamatan Rappocini, Kamis (26/06) lalu.
Pemerintah Kota Makassar akan mengevaluasi rutin terhadap pelaksanaan program ini. Munafri memastikan akan ada pemantauan berkala untuk menilai apakah program perlu dikembangkan, diperluas, atau disesuaikan.
“Tentu ada proses monevnya, pasti akan jalan seperti apa ini. Kita akan lihat di dalam proses evaluasi dan monitoring ini apakah ada pengembangan, penambahan atau pengurangan. Ini yang akan kita ukur secara berkala per tiga bulan,” katanya.
Sementara itu, Plt Direktur Utama PDAM Makassar, Hamzah Ahmad, menjelaskan bahwa sambungan gratis diberikan kepada warga dengan kriteria khusus. Di antaranya seperti daya listrik 450-900 watt serta memiliki dokumen kependudukan yang valid.
“Untuk tahap awal, mulai hari ini ya, kita rencanakan 600 yang tersebar di 6 wilayah pelayanan PDAM. Kurang lebih 100 sambungan warga tiap wilayah. Kan kita punya 6 kantor wilayah,” jelas Hamzah.
Hamzah mengatakan dari 2.000 sambungan yang ditargetkan tahun ini, seluruh pemasangannya akan dikerjakan oleh pegawai internal PDAM. Model ini dianggap mampu menekan biaya dan memperkuat keterlibatan karyawan dalam pelayanan langsung kepada masyarakat.
“Misalnya, saya sebagai dirut bertanggung jawab pemasangan meteran itu sebanyak 5 (meter). Turun ke bawah 3, terus turun ke bawahnya lagi. Satu karyawan, yang laki-laki ya, paling sedikit 2 meter sambungan,” tutup Hamzah.