
KabarMakassar.com — Perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatatkan kinerja impresif pada kuartal pertama tahun 2025 dengan pertumbuhan sebesar 5,78 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Capaian ini jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 4,87 persen, menjadikan Sulsel sebagai salah satu daerah yang menopang ekonomi Indonesia di awal tahun ini.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sulsel merilis data tersebut pada Rabu (07/05). Dalam laporannya, Kepala BPS Sulsel Aryanto menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi Sulsel ditopang kuat oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami lonjakan signifikan.
“Lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh paling tinggi, yakni sebesar 16,56 persen,” ungkap Aryanto dalam keterangan resminya, Rabu (07/05).
Aryanto menjelaskan bahwa pertumbuhan signifikan pada sektor ini tidak lepas dari membaiknya kondisi produksi tanaman pangan, terutama padi. Setelah sempat terpuruk akibat fenomena El Nino pada tahun sebelumnya, produksi padi di Sulsel melonjak drastis.
“Pada kuartal I/2025, produksi padi mengalami kenaikan signifikan hingga 139 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang saat itu pertanian di Sulsel mengalami dampak kekeringan akibat fenomena El Nino,” paparnya.
Tak hanya padi, sejumlah komoditas pertanian lainnya juga menunjukkan kinerja positif. Produksi kelapa, kakao, dan bawang merah meningkat, diikuti oleh pertumbuhan di subsektor perikanan seperti ikan tangkap, serta peternakan yang mencatatkan peningkatan produksi ayam dan telur.
Namun demikian, tidak semua sektor mengalami pertumbuhan. BPS mencatat bahwa sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 3,94 persen, sementara sektor konstruksi juga turun 3,11 persen.
“Produksi nikel memang mengalami kontraksi dari tahun lalu. Ekspor besi dan baja pun turun hingga 23 persen. Kemudian produk industri barang galian bukan logam juga mengalami penurunan produksi,” jelas Aryanto.
Dari sisi struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan lapangan usaha, Aryanto menyebut tidak ada perubahan signifikan. Pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi penyumbang terbesar dalam struktur ekonomi Sulsel dengan kontribusi 24,20 persen.
Disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 14,15 persen, industri pengolahan 13,18 persen, konstruksi 11,56 persen, serta informasi dan komunikasi sebesar 5,54 persen. Kelima sektor tersebut berkontribusi sebesar 68,63 persen terhadap total PDRB Sulsel.
Dari sisi pengeluaran, ekspor barang dan jasa mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 16,61 persen. Konsumsi rumah tangga juga menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan sebesar 4,71 persen.
Namun, beberapa komponen lain justru mengalami kontraksi. Konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga (PK-LNPRT) terkontraksi sebesar 11,65 persen, konsumsi pemerintah turun 1,97 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menurun 0,63 persen, dan impor barang dan jasa mengalami kontraksi hingga 12,16 persen.
Secara keseluruhan, BPS mencatat bahwa PDRB Sulsel atas dasar harga berlaku pada kuartal I/2025 mencapai Rp173,51 triliun, sementara PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp97,36 triliun.
Dengan pencapaian ini, Sulsel menunjukkan kapasitas ekonominya sebagai salah satu motor penggerak ekonomi nasional di tengah dinamika global dan nasional yang masih menantang.