
KabarMakassar.com — Selama bertahun-tahun, garam sering kali menjadi kambing hitam utama dalam kasus tekanan darah tinggi atau hipertensi. Namun, sejumlah penelitian medis terbaru menyoroti satu fakta yang tak kalah penting: konsumsi gula berlebih juga berperan besar dalam memicu hipertensi, bahkan dalam beberapa kasus, dampaknya bisa lebih buruk daripada garam.
Hipertensi sendiri dikenal sebagai ‘silent killer’ karena sering kali tidak menunjukkan gejala jelas namun bisa menyebabkan kerusakan serius pada organ vital seperti jantung, otak, dan ginjal.
Mengapa Gula Bisa Meningkatkan Tekanan Darah?
Para ahli menjelaskan bahwa gula, terutama jenis fruktosa yang banyak terdapat pada makanan dan minuman manis, memiliki dampak kompleks terhadap sistem tubuh yang mengatur tekanan darah. Konsumsi gula berlebih dapat:
1. Mengganggu sistem hormon yang berperan dalam pengaturan tekanan darah.
2. Meningkatkan kadar insulin, yang pada gilirannya bisa memicu retensi natrium (garam) oleh ginjal, meningkatkan volume darah, dan menaikkan tekanan darah.
3. Memicu peradangan kronis yang merusak dinding pembuluh darah.
4. Meningkatkan kadar asam urat, yang berhubungan erat dengan disfungsi ginjal dan pembuluh darah.
Lebih mengejutkan lagi, konsumsi gula berlebih juga membuat tubuh lebih sensitif terhadap efek garam, sehingga meski konsumsi garam dalam batas wajar, dampaknya bisa menjadi lebih besar jika disertai asupan gula yang tinggi.
Kebiasaan pola makan tinggi gula dan garam, seperti konsumsi makanan cepat saji, minuman bersoda, roti manis, makanan ringan kemasan, dan saus instan, menjadi salah satu penyebab meningkatnya prevalensi hipertensi di masyarakat urban, termasuk di Indonesia.
Di banyak kasus, penderita hipertensi baru menyadari kondisinya setelah mengalami komplikasi, seperti pusing berat, sesak napas, atau bahkan serangan jantung dan stroke.
Karena itu, edukasi soal peran gula sebagai pemicu hipertensi perlu disebarluaskan, terutama karena selama ini masyarakat lebih fokus pada bahaya garam saja.
Batasi Asupan Gula dan Garam Sesuai Anjuran
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memberikan panduan tegas mengenai konsumsi harian gula dan garam:
1. Gula tambahan: maksimal 25 gram per hari (sekitar 6 sendok teh).
2. Garam: maksimal 5 gram per hari (sekitar 1 sendok teh).
Namun, survei konsumsi rumah tangga di Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa mengonsumsi dua hingga tiga kali lipat dari jumlah yang disarankan, baik dari makanan olahan maupun dari kebiasaan menyeduh minuman manis.
Cegah Hipertensi Sejak Dini, Ini Langkah Nyatanya
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin menjadi langkah penting untuk pencegahan dan pengendalian hipertensi. Tak hanya bagi orang lanjut usia, tetapi juga bagi generasi muda yang kini semakin rentan akibat gaya hidup sedentari dan pola makan tak seimbang.
Berikut manfaat rutin cek tekanan darah:
1. Deteksi dini hipertensi, bahkan sebelum muncul gejala fisik.
2. Menilai efektivitas pengobatan dan perubahan gaya hidup (diet, olahraga, manajemen stres).
3. Mencegah komplikasi serius, seperti stroke, penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan gangguan ginjal kronis.
4. Meningkatkan kualitas hidup, karena tekanan darah yang terkendali berdampak langsung pada energi, produktivitas, dan kebugaran secara umum.
Yuk, Sayangi Diri dengan Gaya Hidup Sehat!
Untuk menjaga tekanan darah tetap normal, mulailah dari langkah-langkah sederhana namun konsisten:
1. Kurangi makanan dan minuman manis.
2. Hindari makanan tinggi garam dan olahan pabrik.
3. Perbanyak konsumsi buah dan sayur.
4. Rutin berolahraga setidaknya 30 menit per hari.
5. Kelola stres dengan baik.
6. Periksa tekanan darah secara rutin, minimal sekali dalam sebulan bagi yang berisiko.
Kesehatan adalah investasi jangka panjang. Dengan mengenali peran gula dalam memicu hipertensi, masyarakat diharapkan lebih bijak dalam memilih makanan dan minuman sehari-hari.
Lebih baik mencegah daripada mengobati, dan lebih baik sadar sebelum terlambat. Hipertensi bukan takdir sehingga bisa dicegah dan dikendalikan.