KabarMakassar.com — Universitas Wira Bhakti mendapatkan dua judul Program Kolaborasi Sosial Membangun Masyarakat (Kosabangsa) yang didanai oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarkat (DPPM) Kemdiktiksaintek tahun ajaran 2025.
Salah satu program unggulan yang tengah dijalankan oleh Tim Kosabangsa Universitas Wira Bhakti adalah “Manajemen Inovasi Produksi Cabai Katokkon Berbasis Input Bahan Organik Slow Release dan Pengembangan Industri Olahannya” di Lembang Rantedada, Kabupaten Tana Toraja.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah, dan daya saing petani lokal melalui pengembangan industri olahan cabai katokkon yang menjadi komoditas khas Toraja.
Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah daerah dalam meningkatkan produktivitas pertanian sekaligus mengembangkan industri olahan berbasis komoditas lokal unggulan.
Program yang berlangsung sejak Agustus tahun 2025 ini melibatkan Kelompok Tani Mentaruk Mellolo dan To’sipate, mahasiswa, serta perangkat desa dalam satu ekosistem inovasi yang saling mendukung.
Adapun tim pelaksana dari Universitas Wira Bhakti diketuai Dr. Drs. Perdy Karuru. M.Pd., anggota Dr. Muh. Asdar, SE., MM., dan Janny Jovita Pakanan, S.Si., MSi.
Sementara tim pendamping dari Universitas Tanjungpura Pontianak yaitu Dr. Urai Suci Yulies Vitri Indrawati, SP., MP., Prof. Dr. Ir Yohana Sutiknyawati Kusuma Dewi, M.P., dan Dr. Komariyati, SP., MP.
Ketua Tim Pelaksana, Dr. Drs. Perdy Karuru, M.Pd., menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya hilirisasi hasil pertanian berbasis kearifan lokal dengan dukungan teknologi tepat guna dan pendekatan partisipatif.
“Kami berupaya membantu petani mengelola produksi cabai katokkon secara berkelanjutan menggunakan pupuk organik slow release, sekaligus mengembangkan produk olahan seperti bubuk cabai, hard candy, dan pickle berbahan dasar cabai katokkon. Dengan cara ini, nilai jual cabai meningkat signifikan dan membuka peluang usaha baru di desa,” ungkapnya dalam keterangan, Senin (03/11)
Inovasi slow release organic input yang diterapkan tim pada kelompok Tani Mentaruk Mellolo sebagai Mitra Sasaran Kesatu memungkinkan tanaman cabai memperoleh unsur hara secara bertahap dan berkelanjutan.
Teknologi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pupuk, tetapi juga menjaga kesuburan tanah dan menekan pencemaran lingkungan.
Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa produktivitas cabai meningkat hingga 25 persen dibanding metode konvensional, dengan kualitas buah yang lebih seragam dan daya simpan lebih lama.
Tidak berhenti di tahap budidaya, tim juga memperkenalkan berbagai inovasi pengolahan hasil panen menjadi produk bernilai tinggi kepada Kelompok Tani To’sipate seperti bubuk cabai katokkon, permen pedas (hard candy), dan pikel katokkon dan buah.
Melalui pelatihan intensif, kelompok tani dibekali keterampilan dalam pengolahan, pengemasan, dan pemasaran produk.
“Dari 12 kilogram cabai segar, kami berhasil menghasilkan sekitar 800 gram bubuk cabai dengan harga jual mencapai Rp90.000 per 100 gram. Sementara untuk produk hard candy, 1 kilogram cabai mampu menghasilkan hingga 500 butir permen yang dijual Rp1.000 per butir. Nilai tambah ini luar biasa bagi masyarakat,” tambah Dr. Perdy.
Kegiatan tersebut mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Lembang Rantedada sebagai mitra pemerintah. Kepala Lembang menyampaikan bahwa program ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan ekonomi berbasis potensi lokal.
“Kami sangat berterima kasih karena program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil panen, tetapi juga membuka wawasan masyarakat untuk berinovasi dalam pengolahan produk. Petani kini mulai memahami bahwa cabai katokkon bisa menjadi sumber penghasilan berkelanjutan,” tuturnya.
Selain itu, kehadiran mahasiswa dalam program Kosabangsa menjadi nilai tambah tersendiri. Mereka berperan sebagai pendamping teknologi, fasilitator pelatihan, dan penghubung antara petani serta tim akademik. Hal ini memberikan pengalaman nyata dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah masyarakat.
Program Kosabangsa Universitas Wira Bhakti juga mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, terutama dalam hal keterlibatan mahasiswa di luar kampus dan kolaborasi dengan mitra masyarakat serta dunia usaha.
Di sisi lain, kegiatan ini turut berkontribusi terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya pada poin Tanpa Kemiskinan (1), Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi (8), serta Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab (12).
Melalui inovasi ini, cabai katokkon yang dulunya hanya dikenal sebagai bumbu khas Toraja kini mulai dilirik sebagai komoditas unggulan potensial untuk industri olahan dan ekspor.
Universitas Wira Bhakti berharap hasil dari kegiatan ini dapat direplikasi di wilayah lain di Toraja maupun daerah penghasil komoditas unggulan lainnya.
“Kami ingin masyarakat Tana Toraja menjadi contoh bahwa kearifan lokal bisa bersinergi dengan teknologi modern. Dengan inovasi, pertanian tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan berdaya,” pungkas Dr. Perdy Karuru.
Dengan langkah ini, Tim Kosabangsa Universitas Wira Bhakti menegaskan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi yang relevan dengan kebutuhan lokal.

















































