
KabarMakassar.com — Potret buramnya pendidikan Indonesia kembali mendapat sorotan tajam.
Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PKB, Muhammad Hilman Mufidi, menilai masih banyak peserta didik di tanah air yang terhambat dalam belajar karena buruknya sarana pendidikan, khususnya di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
“Kami mengapresiasi komitmen pemerintah yang sudah mengalokasikan 20 persen APBN untuk pendidikan. Tapi kami berharap perbaikan sarana dan prasarana benar-benar jadi fokus Kemendikdasmen, kalau mimpi Indonesia Emas 2045 ingin terwujud,” ujar Hilman, Rabu (27/08).
Hilman mengungkapkan fakta mengejutkan dari data Kemendikdasmen tahun ajaran 2024/2025.
“Di tingkat SD, ada 1,18 juta ruang kelas di seluruh Indonesia. Tapi 60 persennya rusak. Itu artinya lebih dari 700 ribu ruang kelas tidak layak pakai,” ungkapnya.
Rinciannya, terdapat 27,22 persen rusak ringan, 22,27 persen rusak sedang dan sebanyak 10,81 persen rusak berat.
“Jadi bagaimana peserta didik bisa belajar nyaman kalau ruang kelasnya saja tidak memadai?” tegas Gus Hilman, sapaan akrabnya.
Buruknya kondisi sarana pendidikan juga terlihat di jenjang SMP. “Hampir separuh, atau tepatnya 49,67 persen ruang kelas SMP juga rusak. Dengan detail 24,73 persen rusak ringan, 17,96 persen rusak sedang, dan 6,97 persen rusak berat,” jelasnya.
Menurut Hilman, angka-angka ini menunjukkan bahwa perbaikan fasilitas pendidikan harus dipandang sebagai kebutuhan mendesak, bukan sekadar program tambahan.
“Ini fakta pahit di depan mata. Tidak bisa lagi ditunda, harus ada tindak lanjut segera dari Kemendikdasmen,” katanya.
Hilman menekankan bahwa permasalahan pendidikan bukan hanya soal besar kecilnya anggaran.
“Masalah ini bukan semata-mata soal finansial. Dana sudah ada. Tapi sarana pendidikan masih belum memadai, itulah yang jadi penghambat utama,” tegasnya.
Ia menambahkan, Indonesia harus segera menyiapkan pendidikan yang adaptif terhadap perubahan global, mulai dari ruang kelas, laboratorium, hingga sarana digital.
Selain persoalan infrastruktur, Hilman juga mengingatkan pentingnya perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan guru.
“Guru adalah pilar utama pendidikan. Karena itu, beasiswa maupun tunjangan bagi guru harus benar-benar mendapat perhatian serius agar mereka bisa bekerja lebih optimal,” ucapnya.
Hilman memberikan peringatan keras, “Kalau 1,18 juta ruang kelas SD masih 60 persennya rusak, kalau hampir 50 persen SMP juga rusak, bagaimana kita mau bicara kualitas pendidikan? Indonesia Emas 2045 bisa jadi sekadar slogan kalau persoalan ini tidak segera diselesaikan,” pungkasnya.