
KabarMakassar.com — Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar masih jauh dari target ideal nasional yang ditetapkan sebesar 30 persen dari luas wilayah kota.
Saat ini, berdasarkan kajian identifikasi terbaru tahun 2024 oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), cakupan RTH di Makassar baru mencapai 12,42 persen atau sekitar 2.205 hektare dari total luas wilayah kota sebesar 17.758,32 hektare.
Peningkatan jumlah kendaraan, urbanisasi pesat, dan keterbatasan lahan menjadi tantangan serius dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan pembangunan dengan kelestarian lingkungan.
Dalam rapat koordinasi baru-baru ini yang juga membahas penanganan parkir bersama Wali Kota Makassar, hasil survei kepolisian menunjukkan adanya peningkatan signifikan jumlah kendaraan.
Kenaikan ini berbanding lurus dengan peningkatan polutan dan suhu udara, menjadikan permasalahan lingkungan kian mendesak untuk ditangani secara sistematis.
Kepala Bidang Keanekaragaman Hayati DLH Kota Makassar, Taufiq Djabbar, mengakui bahwa penambahan luasan RTH di perkotaan tidaklah mudah.
Namun demikian, pemerintah kota tetap berupaya meningkatkan persentase RTH, meskipun pertumbuhan per tahun diperkirakan hanya sekitar 1 persen, atau setara dengan 177,58 hektare luas yang sama dengan 16 kali ukuran Lapangan Karebosi.
“RTH ideal di setiap kota adalah minimal 30 persen—dengan komposisi 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat. Kita memang belum sampai ke angka itu, tapi upaya terus dilakukan secara bertahap,” ujar Taufiq, Senin (07/07).
Salah satu strategi DLH untuk menjawab tantangan ini adalah penghijauan masif dan penanaman mangrove di kawasan pesisir. Dalam waktu dekat, DLH Makassar melalui Bidang Keanekaragaman Hayati akan melakukan penanaman 2.000 pohon mangrove di beberapa titik strategis seperti Untia, Lantebung, Parangloe, hingga pesisir Sungai Tallo.
Mangrove dipilih karena memiliki kapasitas penyerap emisi karbon (CO₂) yang lebih tinggi dibandingkan pohon lainnya. Selain itu, pesisir Makassar dinilai masih memiliki lahan yang cukup tersedia untuk penanaman tanpa harus melalui proses pembebasan lahan yang kompleks.
“Penanaman mangrove ini bukan sekadar program simbolik. Satu pohon saja bisa membawa berjuta harapan bagi generasi mendatang. Harapannya, kita semua bisa berperan menyelamatkan bumi ini minimal dimulai dari kota kita sendiri,” ucap Taufiq.
Namun, tantangan utama dalam penanaman mangrove adalah kebutuhan bibit yang sangat besar. Untuk satu hektare area pesisir, dibutuhkan sedikitnya 3.300 bibit mangrove.
Selain itu, program ini memerlukan penyulaman (penggantian bibit yang mati) pada tahun pertama sebesar 30 persen, 20 persen pada tahun kedua, dan 10 persen pada tahun ketiga.
Karena itu, DLH Makassar menggandeng sektor swasta melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Makassar.
Pendekatan ini ditempuh mengingat APBD tidak mengalokasikan anggaran langsung untuk penanaman mangrove, dan DLH tidak ingin terhambat hanya karena keterbatasan pembiayaan.
“Penanaman mangrove kami dorong melalui kemitraan. Kami mengajak perusahaan-perusahaan ikut serta dalam menjaga keberlangsungan ekosistem kota ini. Tak mungkin hanya mengandalkan pemerintah,” jelasnya.
Pemerintah juga membuka peluang partisipasi masyarakat luas untuk ikut serta dalam kegiatan penanaman dan pemeliharaan mangrove, baik secara individu maupun komunitas lingkungan.
Dalam jangka panjang, DLH juga menargetkan seluruh pesisir Kota Makassar dapat ditanami mangrove, tentunya dengan memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi ekosistem.
Pendekatan ini sekaligus menjadi strategi adaptasi terhadap perubahan iklim, peningkatan suhu, serta peredaman dampak dari emisi kendaraan yang terus meningkat.
Langkah-langkah ini memang belum cukup untuk mengejar target 30 persen RTH dalam waktu dekat. Namun, dengan strategi bertahap, kolaboratif, dan berbasis data, DLH Makassar optimistis transformasi hijau kota bisa terwujud.
“Kita tidak bisa menunggu sampai lahan habis atau udara makin sesak. Setiap pohon yang ditanam hari ini adalah investasi untuk masa depan kota dan generasi setelah kita,” pungkas Taufiq Djabbar.