Belajar dari COVID-19, Indonesia Perkuat Riset untuk Hadapi HMPV

15 hours ago 6

banner 468x60

KabarMakassar.com — Human Metapneumovirus (HMPV) kembali menjadi perhatian dunia setelah peningkatan kasus yang dilaporkan di sejumlah negara.

Virus HMPV diketahui bukanlah hal baru di dunia medis. Ditemukan pertama kali pada 2001, virus ini menarik perhatian karena menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia.

Pemprov Sulsel

Peneliti Ahli Madya dari Pusat Riset Kedokteran Praklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Telly Purnamasari Agus menjelaskan bahwa meski sudah dikenal, HMPV kini kembali menjadi perhatian setelah peningkatan kasus di beberapa negara.

“HMPV dikategorikan sebagai penyakit re-emerging, artinya sudah ada sebelumnya, tapi kini kembali muncul. Virus ini merupakan virus RNA tunggal dengan bentuk helix seperti bola dan dilapisi oleh membran protein yang terlibat dalam proses infeksi,” ujar Telly, dikutip dari laman resmi BRIN, Jumat (17/01).

Telly juga menyebutkan bahwa virus ini memiliki dua subtipe utama, yaitu A dan B. Masing-masing subtipe ini memiliki dua subgrup.

Subtipe A sering dikaitkan dengan wabah dan gejala pernapasan yang lebih berat, sedangkan subtipe B lebih banyak ditemukan pada musim dingin atau gugur.

Peningkatan Kasus dan Waspada Global

HMPV kini menjadi sorotan global setelah sejumlah negara melaporkan peningkatan kasus.

Meski tingkat kematiannya terbilang kecil, Telly mengingatkan untuk tetap waspada.

“Meskipun fatality rate-nya kecil, kita tidak bisa meremehkan penyakit ini. Waspada, menjaga kebersihan, dan memperkuat sistem imun itu sangat penting untuk mencegah penyebaran,” tambahnya.

Dia juga menekankan pentingnya surveilans yang berkelanjutan, baik di sekolah maupun puskesmas, untuk memantau penyebaran HMPV.

“Data real-time sangat diperlukan untuk merancang kebijakan pencegahan yang lebih tepat sasaran,” jelasnya.

Penelitian HMPV dan Perkembangannya

Secara global, penelitian terkait HMPV telah berlangsung cukup lama. Di luar negeri, riset mengenai epidemiologi, klinis, hingga pengembangan vaksin telah dilakukan, meskipun hingga saat ini vaksin untuk HMPV belum ditemukan.

HMPV diketahui sering menyebabkan infeksi saluran pernapasan berat, terutama pada anak-anak dan kelompok rentan lainnya.

Penelitian di beberapa negara seperti Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia menunjukkan bahwa HMPV merupakan salah satu penyebab utama infeksi saluran napas berat setelah TBC.

Bahkan, sebagian besar anak-anak yang dirawat di rumah sakit dengan infeksi saluran napas diketahui terinfeksi virus ini. Di Jepang, HMPV sering ditemukan bersamaan dengan virus lain pada pasien.

Namun, sampai saat ini, belum ada pengobatan khusus atau vaksin untuk HMPV. Pengobatan yang ada saat ini bersifat simptomatik, seperti pemberian antibiotik untuk demam atau rehidrasi untuk mengatasi dehidrasi.

Di Australia, penelitian juga tengah mengevaluasi efektivitas terapi sintomatik untuk HMPV dan potensi pengembangan terapi yang lebih spesifik.

Potensi Riset HMPV di Indonesia

Di Indonesia, penelitian mengenai HMPV masih terbatas. Menurut Telly ada banyak peluang untuk mengembangkan riset lebih lanjut, terutama terkait faktor risiko, pola penyebaran, hingga pengembangan vaksin.

“Kita perlu meneliti faktor risiko, prognosis, hingga pola penyebarannya dengan mempertimbangkan karakter geografi Indonesia. Selain itu, penelitian klinis terkait efektivitas terapi simptomatik atau pengembangan obat dan vaksin sangat diperlukan,” ungkap Telly.

Saat ini, vaksin HMPV belum tersedia di Indonesia, namun Telly optimistis BRIN bisa memimpin pengembangan vaksin tersebut.

“Belajar dari pengembangan vaksin COVID-19, kita bisa mempercepat prosesnya jika ada dukungan dan kolaborasi yang kuat. Selain vaksin, pengembangan alat diagnostik seperti rapid test juga diperlukan agar daerah terpencil dengan fasilitas kesehatan terbatas dapat mendeteksi HMPV secara cepat,” tambahnya.

BRIN memiliki tiga kelompok riset utama, Kedokteran Regeneratif, Teknologi Kesehatan, dan Kedokteran Klinis.

Oleh karena itu, Telly menyoroti pentingnya penelitian terkait HMPV di Indonesia. Menurutnya, penelitian ini masih sangat minim.

“Kita perlu mengetahui apakah subtipe HMPV yang beredar di Indonesia adalah tipe A, tipe B, atau bahkan ada mutasi baru. Penelitian ini akan membantu kita mengidentifikasi faktor risiko dan merancang langkah pencegahan yang lebih efektif,” ujarnya.

Maka dari itu, Telly juga menjelaskan bahwa penelitian kolaboratif antara fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dengan unit penelitian (CRU), dan peneliti BRIN dapat menjadi langkah strategis untuk memahami lebih jauh tentang HMPV.

Ia pun mendorong adanya kolaborasi antara BRIN dan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, untuk mendalami penelitian HMPV.

“Potensi penelitian masih sangat luas, termasuk dampak ekonomi dan psikososialnya. Ini peluang besar bagi peneliti di Indonesia untuk berkontribusi,” tutupnya.

Navigasi pos

Read Entire Article
Jogja News Jogja Politan Jogja Ball Jogja Otote Klik News Makassar news