
KabarMakassar.com — Kekosongan kursi Ketua DPW PAN Sulsel pasca-Muswil 4 Mei mulai menjadi tanda tanya besar. Nama-nama kandidat utama telah mengerucut ke dua figur kuat yaitu Chaidir Syam dan Husniah Talenrang.
Namun, tarik-menarik di internal partai belum kunjung menghasilkan keputusan final dari DPP. Penundaan ini dikhawatirkan berujung pada perpecahan internal.
“Pemilihan ketua partai, apapun itu, selalu mengandung potensi konflik. PAN Sulsel tidak kebal terhadap itu,” kata pengamat politik dari Universitas Hasanuddin, Andi Lukman Irwan, Senin (12/05).
Lukman yang juga dosen FISIP Unhas menyebut, terlalu lama membiarkan ketidakpastian ini bisa menciptakan kesan bahwa DPP gagal menjaga soliditas internal.
“Semakin lama ditunda, publik dan kader bisa menginterpretasikan ini sebagai kelemahan tata kelola partai. Ini berbahaya,” ujarnya tajam.
Ia menilai proses politik di tubuh PAN saat ini memperlihatkan wajah klasik partai di Indonesia, elite bargaining.
“Kita tahu, keputusan di partai tidak selalu mencerminkan mekanisme demokrasi yang sehat. Sering kali hanya hasil dari kompromi antar elite, bukan pilihan berbasis merit dan kebutuhan publik,” kata Lukman.
Namun begitu, ia menegaskan, masih ada ruang bagi DPP PAN untuk membuat keputusan strategis dan rasional.
“Kalau partai ini ingin bertahan sebagai kekuatan kompetitif di Sulawesi Selatan, maka pilihannya harus berbasis pada kalkulasi rasional: loyalitas, rekam jejak pengabdian, dan daya elektoral kandidat,” katanya.
Menurutnya, PAN tak boleh hanya melihat siapa yang dekat dengan pusat. DPP harus mengkaji pengalaman elektoral dan daya tarik publik dari masing-masing calon.
“Seorang ketua bukan cuma pengurus, tapi juga simbol politik dan vote-getter utama. Kalau PAN salah pilih, konsekuensinya bukan cuma internal, tapi juga elektoral,” kata dia.
Ia menyinggung pula soal bahaya politik akomodasi pragmatis. “Jangan jadikan kursi ketua DPW sebagai alat transaksi kekuasaan. Partai butuh kaderisasi yang berkelanjutan, bukan pembagian jabatan jangka pendek,” tegasnya.
Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda siapa yang akan ditunjuk sebagai Ketua PAN Sulsel. Saat dikonfirmasi, Ketua Bappilu PAN Sulsel Irfan AB hanya melempar senyum di Gedung DPRD Sulsel, Jumat lalu.
“Belum bisa bicara soal itu,” kilahnya singkat.
Dari tiga nama formatur, Chaidir Syam, Husniah Talenrang, dan Viva Yoga Mauladi, dua terakhir disebut lebih relevan. Viva sendiri saat ini tercatat sebagai pengurus pusat dan kecil kemungkinan akan turun mengisi jabatan di daerah.
“PAN sedang diuji. Ini bukan sekadar siapa yang duduk, tapi arah partai ke depan. Jangan sampai kesempatan ini jadi blunder besar,” tutup Lukman.
Sementara itu, sosok Ashabul Kahfi, telah dipilih Partai Amanat Nasional (PAN) Sulawesi Utara, sebagai Ketua Formatur sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Sulut dalam Musyawarah Wilayah (Musywil) yang digelar di Kota Manado, Rabu (07/05).
Musyawarah yang berlangsung dengan penuh semangat konsolidasi itu dibuka langsung oleh Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan, melalui sambungan virtual.
Ashabul Kahfi, bahkan telah menyatakan kesiapannya untuk segera menyusun kepengurusan lengkap DPW PAN Sulut dan menggelar Musyawarah Daerah (Musda) di seluruh 15 kabupaten/kota.
Langkah ini disebutnya sebagai awal dari upaya menghidupkan kembali kekuatan PAN di Bumi Nyiur Melambai.
“PAN pernah berjaya di Sulawesi Utara. Kini saatnya kita bangkit kembali dengan konsolidasi yang solid, serta narasi dan isu yang dekat dengan masyarakat,” ujar Kahfi penuh optimisme.