KabarMakassar.com — Sebanyak 2.095 warga Indonesia telah berpartisipasi dalam uji klinis vaksin tuberkulosis atau TBC M72 yang dikembangkan melalui pendanaan dari The Gates Foundation.
Vaksin tersebut kini memasuki tahap ketiga atau fase akhir uji klinis sebelum dapat diproduksi dan diedarkan secara luas.
Kementerian Kesehatan menyebut, uji klinis ini bertujuan untuk menguji efektivitas dan keamanan vaksin M72 dalam mencegah TBC paru pada orang dewasa yang terinfeksi TBC laten tanpa HIV.
Vaksin ini telah dikembangkan sejak awal 2000-an dan menunjukkan profil keamanan yang baik dalam studi sebelumnya. Tahap akhir uji coba ditargetkan rampung pada 2028.
Di Indonesia, proses uji coba dimulai pada 3 September 2024 lalu di sejumlah rumah sakit besar, seperti RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih, RS Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran UI, dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Rekrutmen peserta uji coba ditutup pada 16 April 2025.
Keterlibatan Indonesia dalam uji klinis ini mendapat perhatian langsung dari pendiri Microsoft dan The Gates Foundation, Bill Gates. Pada Rabu (07/05), Gates bertemu dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka.
“Beliau sedang kembangkan vaksin TBC, untuk dunia, Indonesia akan jadi salah satu tempat yang akan diuji coba,” ujar Presiden Prabowo usai pertemuan.
Prabowo menyambut baik kerja sama tersebut mengingat TBC menewaskan hampir 100 ribu orang setiap tahunnya di Indonesia. Ia juga menyebut Bill Gates turut mengembangkan vaksin untuk penyakit lainnya seperti malaria.
Sementara itu, Bill Gates menegaskan pentingnya pengembangan vaksin TBC untuk menjawab beban penyakit yang tinggi di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
“Kami memiliki dua situs uji coba vaksin tersebut di sini, dan itu akan membantu kami mengetahui seberapa efektif vaksin tersebut,” ujar Gates.
Selain Indonesia, uji coba vaksin M72 juga dilakukan di empat negara lain dengan beban TBC tinggi, yakni Afrika Selatan (13.071 peserta), Kenya (3.579), Zambia (889), dan Malawi (447).
Secara global, total peserta yang terlibat mencapai 20.081 orang. M72 disebut sebagai kandidat vaksin TBC paling maju dari 15 vaksin yang tengah dikembangkan di dunia.
Pemerintah Bantah Tuduhan Indonesia Jadi Kelinci Percobaan
Seiring berkembangnya isu negatif di media sosial yang menuding Indonesia sebagai “kelinci percobaan” dalam proyek vaksin M72, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memberikan klarifikasi tegas.
“Ini supaya mengedukasi masyarakat juga, bahwa ini bukan seperti kelinci percobaan. Itu adalah pengaruh yang sengaja disebarluaskan agar orang tidak mau divaksin. Padahal, akibatnya bisa sangat fatal, nanti bisa meninggal 100 ribu orang karena perkara seperti ini. Justru hal seperti ini sudah terbukti: Covid-19 saja bisa turun karena vaksinasi, kan? Dulu banyak yang bilang jangan divaksin Covid karena ada chip-nya. Nah, justru orang-orang seperti itu yang sangat jahat,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (09/05).
Menkes mengingatkan media dan masyarakat agar tidak termakan disinformasi. Ia menekankan bahwa uji klinis dilakukan melalui tahapan ilmiah yang ketat, termasuk tahap 1 dan 2 yang sudah dinyatakan aman, sebelum masuk tahap 3 saat ini.
“Teman-teman mesti jelas bahwa vaksin itu ada clinical trial 1, 2, dan 3. Trial 1 menentukan vaksin ini aman atau tidak dan itu sudah lewat. Sekarang kita masuk ke trial 3 untuk melihat efektivitasnya. Jadi ini semua saintifik, bukan hoaks atau gosip,” tegasnya.
Lebih jauh, Budi menggarisbawahi pentingnya vaksin untuk menekan angka kematian akibat penyakit menular. Ia menyebut TBC sebagai pembunuh nomor satu di antara penyakit infeksi, menewaskan lebih dari satu juta orang per tahun secara global, termasuk sekitar 125 ribu di Indonesia.
“Semenit dua orang meninggal karena TBC. Kita bicara lima menit di sini, sepuluh orang sudah meninggal,” katanya.
Menkes juga menekankan bahwa keterlibatan Indonesia dalam uji coba justru untuk memastikan kesesuaian vaksin dengan populasi lokal, mengingat ada vaksin lain seperti malaria, yang tidak cocok untuk masyarakat Indonesia karena dikembangkan di luar konteks genetik Asia Tenggara.
“Kita nggak mau kecolongan lagi. Kita pengen aktif supaya vaksinnya juga cocok buat orang Indonesia,” ujarnya.
Terkait rumor bahwa vaksin akan diproduksi di Singapura, Menkes menyebut hal itu tidak benar.
“Itu hoaks. Pabriknya masih dibangun di Amerika, tapi kita dorong agar nanti produksinya bisa dilakukan di Indonesia,” jelasnya.
Ia menyampaikan, jika uji klinis sukses, Indonesia berpeluang memproduksi vaksin ini melalui Bio Farma dan memasukkannya ke dalam program vaksinasi nasional sebelum tahun 2029.
Dengan munculnya narasi negatif seperti tudingan “kelinci percobaan” mencerminkan tantangan besar dalam edukasi publik di era pasca-pandemi terutama terkait pemahaman terhadap sains dan uji klinis.
Pemerintah perlu terus memperkuat literasi kesehatan masyarakat agar tidak mudah termakan hoaks. Di sisi lain, partisipasi aktif dalam pengembangan vaksin seperti M72 bisa menjadi jalan bagi Pemeritah Indonesia untuk memperkuat kemandirian industri farmasi nasional serta memperluas akses terhadap inovasi kesehatan global.