KabarMakassar.com — Pasar saham Indonesia akhirnya menunjukkan tanda-tanda kebangkitan setelah mengalami tekanan sepanjang awal tahun. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pagi ini berhasil menguat 0,78% ke level 6.582, membawa angin segar bagi investor yang sebelumnya dihantui oleh ketidakpastian global dan aksi jual besar-besaran.
Namun, pertanyaannya, apakah ini sinyal pemulihan yang berkelanjutan atau hanya rebound sementara sebelum tekanan baru muncul?
Berdasarkan data Bloomberg, sebanyak 197 saham menguat, 140 saham melemah, dan 571 saham stagnan pada sesi perdagangan pagi ini.
Sementara itu, data RTI Business pukul 09.02 WIB menunjukkan IHSG menguat 0,23% atau naik 14,91 poin ke level 6.546,90 pada awal sesi perdagangan, dengan rentang pergerakan di antara 6.540 hingga 6.556.
Total perdagangan saham mencapai 401,96 juta lembar dengan nilai transaksi mencapai Rp289,75 miliar, serta frekuensi perdagangan sebanyak 22.937 kali. Kapitalisasi pasar atau market cap Bursa tercatat mencapai Rp11.235 triliun.
Penguatan IHSG ini terjadi setelah mengalami tekanan signifikan sehari sebelumnya. Pada perdagangan Selasa (11/03), IHSG ditutup anjlok 1,75% atau turun 116,15 poin ke level 6.531,99.
Bahkan, sepanjang sesi perdagangan hari itu, indeks sempat bergerak di posisi tertinggi 6.658,23 sebelum akhirnya terkoreksi tajam.
Secara keseluruhan, kinerja pasar saham Indonesia pada awal 2025 masih tergolong buruk. Sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd), IHSG sudah melemah 7,74%, mencerminkan sentimen negatif yang masih dominan di kalangan investor.
Selain itu, data menunjukkan bahwa investor asing masih melakukan aksi jual bersih (net sell) senilai Rp469 miliar pada perdagangan hari ini, dan sepanjang tahun 2025, total net sell asing telah mencapai Rp8,9 triliun.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pelemahan pasar saham Indonesia tak lepas dari pengaruh faktor eksternal. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, mengungkapkan bahwa ketidakpastian global masih menjadi faktor utama yang membebani IHSG.
“IHSG turun terus, memang karena secara global masih uncertainty. Dolar juga yang salah satu memengaruhi,” kata Inarno dalam acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK).
Senada, Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menambahkan bahwa tantangan bagi pasar modal Indonesia di tahun 2025 tidaklah mudah.
“Pertumbuhan ekonomi global tumbuh terbatas. Lalu, normalisasi suku bunga AS akan terus berlanjut, tetapi dengan laju lebih lambat,” ujarnya.
Head of Research Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, menyoroti bahwa level 6.550 merupakan titik pivot penting dalam pergerakan IHSG sejak 2021. “Untuk saat ini, waspadai level psikologis 6.500 sebelum support berikutnya di 6.400,” ungkapnya dalam riset harian, Rabu (12/02).
Pasar saham domestik juga dikecewakan oleh data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia yang hanya mencapai 127,2 pada Januari 2025. Angka ini lebih rendah dari perkiraan 128 serta turun dari posisi Desember 2024 yang berada di 127,7.
Padahal, ekspektasi terhadap IKK cukup tinggi mengingat adanya berbagai stimulus fiskal dan moneter yang dikeluarkan di awal tahun. Namun, nyatanya data ini tidak cukup kuat untuk meredam tekanan jual yang masih mendominasi pasar modal.
Dari sisi eksternal, investor tengah mencermati perkembangan inflasi Amerika Serikat (AS) yang diperkirakan bertahan di level 2,9% pada Januari 2025. Perlambatan laju penurunan inflasi AS berpotensi memicu kebijakan moneter yang lebih ketat dari The Federal Reserve.
Pernyataan hawkish dari Ketua The Fed, Jerome Powell, pada 10-11 Februari 2025 memperkuat kekhawatiran bahwa suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama. Selain itu, ancaman perang dagang akibat kebijakan tarif impor AS juga menambah ketidakpastian di pasar global.
Dalam kondisi seperti ini, investor mulai lebih selektif dalam memilih saham. Beberapa saham yang direkomendasikan oleh Phintraco Sekuritas untuk perdagangan hari ini adalah AUTO, MBMA, LSIP, AMRT, dan ACES.
Untuk MBMA, strategi buy on support disarankan karena adanya peluang intraday rebound setelah pengujian support kritis di level 370. Potensi rebound semakin kuat dengan munculnya golden cross pada indikator MACD.
Konfirmasi rebound akan terjadi jika harga mampu menembus MA20 di level 400, dengan rentang entry 380-386, stop-loss di bawah 370, dan target harga Rp408.
Sementara itu, LSIP direkomendasikan trading buy setelah mengalami retrace pasca pengujian MA200 di level 965. Sinyal awal rebound dapat terkonfirmasi jika harga berhasil menembus MA20 di Rp1.015 per saham.
Golden cross pada indikator Stochastic RSI turut memperkuat indikasi ini. Rentang entry direkomendasikan di atas Rp985, dengan stop-loss di bawah Rp960, serta target harga di kisaran Rp1.035 hingga Rp1.050 per saham.
Dilansid dari Bloomberg, berikut Rekomendasi saham hari ini yang dirangkum dari sejumlah broker.
BRI Danareksa Sekuritas
- MLPL
- PGAS
BNI Sekuritas
- BUMI
- SCMA
- RATU
- ISAT
- ADRO
- BBNI
Phillip Sekuritas
- SSMS
- WIRG
- MLPL
MNC Sekuritas
- BRMS
- BULL
- PGAS
- UNTR
CGS International Sekuritas
- EMTK
- LPPF
- PGAS
- ACES
- PSAB
- HRTA
Phintraco Sekuritas
- AUTO
- MBMA
- LSIP
- AMRT
- ACES
Panin Sekuritas
- LSIP
- BBRI
- JPFA
Samuel Sekuritas Indonesia
- ASII
- BBRI
- AMRT
- DEWA
- PGAS
- UNTR
Disclaimer: Saham-saham yang direkomendasikan di atas mencerminkan potensi tren kenaikan berdasarkan analisis teknikal dan fundamental. Meski demikian, investor disarankan untuk tetap mencermati kondisi pasar dan melakukan analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi. Berita ini tidak bersifat mengajak untuk membeli produk tertentu