
KabarMakassar.com — Di tengah tekanan ekonomi global yang belum stabil, Bank Indonesia (BI) tetap memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) akan meningkat pada tahun 2025.
Target capaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi ini pun masih dipertahankan pada kisaran maksimal 5,6 persen, tanpa koreksi meski tantangan masih menghantui.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama tahun ini telah menunjukkan hasil menggembirakan dengan capaian 5,78 persen.
Namun, ia menilai tantangan pada kuartal-kuartal selanjutnya tetap perlu diwaspadai agar tidak mengganggu target akhir tahun.
Untuk mendukung proyeksi tersebut, Rizki menekankan sejumlah strategi prioritas yang perlu segera dilakukan oleh pemerintah daerah bersama pemangku kepentingan.
Strategi pertama, kata dia, adalah mendorong optimalisasi skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) guna mempercepat pembangunan infrastruktur strategis seperti jalan, rumah sakit, dan layanan penyediaan air bersih.
Selain itu, percepatan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) kabupaten/kota yang terintegrasi dengan sistem perizinan Online Single Submission (OSS) juga dinilai krusial.
Langkah-langkah ini dinilai penting mengingat lapangan usaha konstruksi di Sulsel mengalami kontraksi dalam tiga tahun terakhir.
Kondisi ini dipicu oleh penurunan belanja modal pemerintah pusat dan daerah, serta pengurangan jumlah Proyek Strategis Nasional (PSN) dari sembilan menjadi hanya lima proyek.
Strategi kedua yang menjadi fokus BI adalah perlunya diversifikasi pasar ekspor rumput laut Sulsel. Selama ini, ekspor komoditas ini sangat tergantung pada pasar Tiongkok, yang memiliki harga beli kurang kompetitif serta rentan terdampak kebijakan tarif tinggi dari Amerika Serikat.
Rizki menyarankan agar pasar ekspor diperluas ke Australia dengan menyesuaikan produk seperti asparagopsis dan sargassum, serta memanfaatkan perjanjian kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Strategi ketiga mencakup sektor pertanian dan perkebunan. Rizki menekankan pentingnya penggunaan bibit unggul padi dan pembangunan jaringan irigasi teknis dari Bendungan Jenelata dan Pamukkulu.
Langkah ini dinilai strategis dalam menghadapi ancaman penurunan produksi padi pada kuartal ketiga tahun ini. Di sisi lain, replanting tanaman kakao tua juga dibutuhkan, karena realisasi impor kakao saat ini melebihi ekspor, yang mengindikasikan penurunan produktivitas.
Strategi keempat yang diusulkan adalah penyusunan peta jalan (roadmap) bersama pemerintah pusat untuk membangun ekosistem industri baterai kendaraan listrik (EV) berbasis rantai nilai lokal nikel.
Rizki menilai hal ini penting karena industri pengolahan nikel di Sulsel saat ini masih terbatas pada produk setengah jadi seperti ferro nickel, tanpa dukungan ekosistem lanjutan.
“Ekosistem baterai EV yang kuat bisa menjadi jawaban atas keterbatasan nilai tambah dari produk olahan yang ada saat ini,” kata Rizki.
Sementara itu, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani, yang sempat berkunjung ke Makassar, turut menyuarakan pentingnya perhatian terhadap sektor hulu.
Ia menilai, Sulsel tak semestinya hanya fokus pada hilirisasi industri, tetapi juga perlu memperkuat sektor-sektor potensial di hulu seperti perkebunan, perikanan, dan pangan.
“Kebutuhan nasional terhadap komoditas di tiga sektor ini masih bergantung pada impor hingga 70 persen. Ini merupakan peluang besar bagi Sulsel untuk menjadi pusat pemenuhan kebutuhan dalam negeri,” jelas Aviliani.
Aviliani juga menekankan pentingnya pemberian insentif kepada pelaku UMKM di wilayah ini. Menurutnya, dukungan seperti kemudahan pajak dan keterlibatan perusahaan besar dalam membeli produk UMKM bisa mempercepat pertumbuhan sektor usaha mikro menuju skala yang lebih besar.
“Kalau pelaku UMKM diberi insentif dan ada kemitraan nyata dengan perusahaan besar, mereka akan berlomba-lomba untuk naik kelas. Itu penting agar mereka bisa masuk ke ekosistem ekonomi yang lebih luas,” tutupnya.
Dengan strategi yang terarah dan kolaborasi lintas sektor, baik BI maupun para pakar yakin Sulsel mampu menjaga tren positif pertumbuhan ekonomi sepanjang 2025, meski di tengah ketidakpastian global.